Jumat, 13 Juli 2018

Teman Dari Langit





Jantungku berdebar tidak karuan. Pikirku melayang entah kemana. Begitu banyak hal berkecamuk di pikiranku. Ketakutan, kekhawatiran menggerogoti tubuhku seakan aku tak mampu lagi menopang berat tubuhku dan ingin jatuh pingsan. Pengumuman itu serasa mencekik leherku. Kebahagian dan canda tawa serta kegembiraan yang aku impikan bersama kawan-kawanku kini sirnalah sudah. Aku harus terima semuanya, aku tak bisa merubah keputusan-Nya bahkan hingga aku bisa menghentikan waktupun tetap saja aku tak pernah bisa mengubah takdirnya. Mau tak mau aku harus terima.
*******
            Kumasuki ruang kelas yang tepat berada di deretan paling pojok. Terasa aneh ketika kudapati wajah-wajah orang yang tampak asing didalamnya. Tak ku lihat lagi canda Rahma, Via, Santi, Siska dan teman-temanku di kelas sebelumnya. Bahkan tak kudapati pula dia di kelas itu. Hanya ada tatapan sepasang mata dingin yang membuyarkan lamunku.
”Hei...kita satu kelas yach,,,”
”Emmm....Iya,” sahutku dengan nada tidak bersemangat.
*******
Dialah orang pertama yang menyapaku dikelas asing itu. Aku memang baru-baru ini agak sering bertemu dengannya atau bisa dibilang aku mungkin sudah mengenalnya meskipun tidak begitu akrab, karena aku takut padanya. Temanku pernah berkata tentang bagaimana sifat anak itu padaku, bahkan orang yang diam-diam aku suka pun berkata hal yang sama tentang anak itu padaku, itulah yang membuatku begitu takut dan enggan untuk berada dalam kelas yang sama dengannya. Apalagi akhir-akhir ini aku dan Via harus sesering mungkin bertemu anak itu karena kita ditempatkan dalam suatu tanggung jawab yang sama. Via masih mending hanya beberapa kali saja bertemu dengannya, sedang aku setiap hari, bahkan setiap detik waktuku di sekolah harus melihat orang yang sangat aku benci itu.
*******
Pernah suatu ketika anak itu bertanya padaku, perihal kenapa aku sangat tidak suka masuk di kelas itu, dan dia berfikir itu karena dirinya. Akupun hanya menyahutnya dengan senyum kecut yang tersungging dari pipi lesungku. Setiap hari aku selalu bertemu dengannya, dan setiap kali pula dia selalu singgah sebentar di bangku tempat dudukku untuk sekedar menyapa. Akupun setiap hari pula harus menghadapi rasa takutku yang kian berkecamuk, serta sandiwara tersenyum saat mendengar sapanya padaku tak pernah luput tersungging dari bibirku.
Hingga karena semua itu, aku mulai bisa mengurangi phobiaku padanya. Dan sikap ramahnya padaku membuat semua perkataan temanku tentangnya itu teracuhkan, bahkan perkataan orang yang diam-diam aku sukai pun aku acuhkan begitu saja. Aku berfikir bahwa dia berbeda dari apa yang mereka katakan. Dan aku berfikir bahwa dia adalah teman yang Tuhan kirimkan padaku, untuk menemaniku dalam kesepianku karena terpisah dari kawan-kawanku. Hal yang sama pula terjadi padanya, dia juga telah dipisahkan dari kawan-kawannya hingga dia terlihat begitu kesepian dan mencari hal apa saja yang bisa menghibur dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa sepinya.
Berjalan tidak begitu lama kamipun mulai sedikit akrab. Dia selalu bertanya padaku tentang pelajaran apa saja yang dia tidak bisa. Dan itupun mulai melatih kesabaranku untuk mengajarinya dan bahkan mengajari semua teman-temanku yang ingin bertanya tentang pelajaran yang tidak mereka mengerti.
*******
Pada suatu ketika ku dapati bahwa anggapanku salah dan pula kudapati bahwa perspektifku tentangnya salah besar. Aku menyesal tlah mengacuhkan nasehat teman-temanku. Aku bahkan lebih menyesal karena tlah mengacuhkan perkataan orang yang diam-diam kusukai. Aku menyesal dengan semua yang terjadi......
Kian hari, aku semakin sadar bahwa kedekatannya padaku adalah karena sesuatu hal. Keramahannya padaku hanya karena satu hal, ”ingin menghancurkannku” itulah pikiran dalam benakku. Dia selalu mendapat nilai baik dan sanjungan dari guru untuk semua mata pelajaran, bahkan melebihi aku yang telah mengajarinya. Jika aku bertanya tentang materi pelajaran yang benar-benar belum aku kuasai dia tak pernah mau mengajariku bahkan kalaupun mau pasti aku harus menunggunya berjam-jam untuk bisa mendapatkan jawaban darinya. Itulah pembuka awal dari kesedihanku bermula.
*******
Aku menangis semalaman penuh dibuatnya, memikirkan prestasi belajarku di sekolah yang mulai tergeser olehnya. Dan dia pun jarang lagi menyapa atau bertanya padaku di sekolah ketika aku melarangnya. Aku beri secarik kertas yang bertuliskan ”jangan pernah bertanya lagi padaku”. Aku tak pernah berbuat senekat itu, dan bahkan aku tak pernah membenci orang sampai segitunya. Tapi melihat sikapnya padaku yang membeda-bedakan antara aku dengan teman-temanku yang lainnya membuatku muak dan rasanya ingin muntah setiap kali melihat wajahnya. Tak berjalan begitu lama dia pun kembali bersikap ramah lagi padaku, tapi itu tak akan pernah bisa membuatku masuk ke lubang buaya yang sama, aku acuhkan dia dan bahkan aku tak menyahut sapanya.
*******
”Ada apa sih Tania, kok wajah kamu cemberut gitu akhir-akhir ini,” tanya Rahma padaku.
” Huuuuhhh......aku sebel banget ma anak itu,”
”Sebel ma sapa?” tanya Via.
” Yaa....sama anak itu,,,,”sahutku
”Itu sapa ?”
”Yaaa....siapa lagi lok bukan ama si Reza, aduh Tuhan dosa apa yang aku perbuat hingga aku bisa satu kelas ma anak super menyebalkan itu,”
” Ehhhh....nggak boleh lok terlalu benci ma seseorang,” ucap Santi.
”Iya, ntar bisa-bisa kamu jadi suka lho ma dia,” tambah Siska.
” Aduh jangan sampai deh. Aduh Tuhan mudah-mudahan itu jangan sampai terjadi,”
” Emang kenapa sih, Tan?” bukankah anak itu baik ma kamu,” tanya Rahma
” Iya, pada awalnya aja baik, tapi akhir-akhirnya ketahuan juga busuknya, duh...aku jadi sebel nih. Udah kita ganti topik aja jangan ngomongin dia lagi.
*******
            Keasyikanku ngobrol dengan sahabat-sahabatku saat jam istirahat menjadi buyar ketika bel tanda masuk berbunyi. Aku harus kembali kekelasku dan menghadapi semua masalahku dengannya. Aku tahu sebuah masalah tak harus dihindari tapi harus dihadapi dengan berani dan percaya diri. Anak itu kembali menyapaku dengan cara yang sama pula, aku mengacuhkannya. Bahkan dia bertanya padaku sebenarnya apa salahnya padaku, kenapa aku jadi bersikap dingin padanya. Aku pun hanya diam, dan membiarkan dia berlalu begitu saja. Teman sebangkuku memberi nasehat padaku, bahwa aku tak boleh mengacuhkan dia seperti itu, bahkan meski aku sangat-sangat membencinya. Tapi,,, aku malah berkata balik kepadanya.
”Tak, perlu kau nasehati aku. Bukankah sampai sekarang ini kau sedang ada masalah juga dengan sahabatmu dan bahkan persahabatan kalian sampai rusak. Jadi....tak perlu menasehatiku,” tegasku.
*******
            Jam pelajaran berakhir dan anak itupun langsung melesat keluar kelas. Takku perhatikan betapa cepat langkah kakinya, yang ku tahu dia hanya melesat secepat kilat hingga tak kudapati batang hidungnya lagi. Aku menunggu sahabat-sahabatku yang masih belum pulang di kelas sebelah. Seperti biasa aku kembali bercerita tentang sebegitu bencinya aku pada anak itu.
*******
Esok menjelang, udara terasa begitu dingin pagi ini. Kuambil switer berwarna ungu muda di almari dan aku pun segera melesat keruang makan untuk sarapan bersama ayah, bunda dan adikku. Usai sarapan seperti biasa angkutan umum didepan yang lewat depan rumahku pun aku hentikan. Ternyata di dalam angkutan umum itu aku bertemu dengan teman SMPku yang juga satu SMA denganku juga. Meski tak begitu kenal akrab tapi aku dan dia bisa cepat nyambung jika ngobrol. Dia bercerita tentang anak yang aku benci itu, pasalnya dia kenal betul anak itu karena pernah satu kelas dengannya. Argumen temanku tentang Reza semakin menguatkan kebencianku padanya.
Disekolah, kelas masih begitu sunyi. Maklumlah aku terlalu pagi berangkat kesekolah. Aku berfikir sikap apa yang harus aku tampakkan padanya hari ini. Jujur hati kecilku begitu sakit mengacuhkannya kemarin. Pasalnya aku tak pernah melakukan itu pada satu orangpun. Baru padanya aku melakukan itu, karena begitu sakitnya hatiku melihat setiap sikapnya itu. Teman sebangkuku pun datang dan membuyarkan lamunku.
*******
” Hei, sedang apa?”
” Emmm....nggak sedang melakukan apapun kok. Oh, ya..by the way akumintama’afya.. samakamukarenaucapanku yang begitukasarpadamu. Akunggakbermaksudbersikapsepertiitu.
            Tak lama kemudiananakitudatangdansepertibiasa pula menyapakudengansenyumnya.Akupunmembalasnyadengansenyuman pula.Hinggamembuattemansebangkukuheran.
“ Hemmm….udah nggak marah lagi ya?”
” Eh, iya, aku nggak bisa jika harus terus-terusan marah padanya. Aku sadar bahwa itu sepenuhnya juga bukan kesalahannya. Yah...mungkin aku yang terlalu sensi padanya. Tapi, jujur rasanya begitu sakit bersikap dingin pada orang lain,” jelasku.
” Wahhh...aku iri deh ma kamu, kamu bisa menahan rasa sakitmu sendiri dan bahkan kau manpu membuang semua ego dan rasa dendammu yang membara padanya,”
” He’em aku juga nggak ngerti dengan diriku sendiri. Dari dulu hingga sekarang tiap kali aku membenci seseorang aku tak pernah bisa mendiamkannya dan bahkan tidak menyapanya lebih dari sehari. Dan itu pun terjadi pula dengan orang yang paling kubenci di dunia ini, aku tak pernah bisa bersikap sedingin itu,”
******
            Sejak saat itu, pertemananku dengannya kembali seperti semula. Aku buang semua rasa egoku dan aku kendalikan rasa kebencian dan dendamku padanya. Hingga ku sadari bahwa dia memang benar-benar begitu baik padaku. Mungkin aku yang terlalu sensitif dan masih dikendalikan oleh rasa phobiaku padanya hingga beranggapan bahwa dia adalah orang yang paling jahat didunia ini yang pernah aku kenal.
            Tapi,,,seiring dengan berjalannya hari, perlahan tapi pasti aku mulai bisa membuka diri padanya. Aku bercerita tentang apa saja dan dia pun bisa menanggapi cerita-ceritaku dengan nasehat dan saran-sarannya yang membangun. Meski nada bicaranya kadang sering menyinggung perasaanku, tapi aku mencoba untuk mengerti dirinya. Mungkin itu sudah menjadi sifatnya, dan sifat seseorang itu tidak bisa dirubah begitu saja.
*******
            Aku pun semakin percaya bahwa dia adalah teman yang Tuhan turunkan dari langit untuk menemaniku menepis rasa sepiku. Dia memang tak sebaik Arif, dan bahkan perkataanya pun tak selembut kata-kata Arif orang yang diam-diam aku kagumi itu. Tapi,,, dia selalu ada disaat aku sedang kesepian. Dia selalu ada di saat aku sedang merasa sedih. Meski dengan lelucon-lelucon yang bagiku tak begitu lucu, dia selalu mencoba menghiburku. Dia mencoba menenangkanku disaat tangisku tak mampu aku tahan. Dia memberi nasehat dan saran-saran yang bisa sangat membantu bagiku. Bahkan dia tak lagi seperti teman yang Tuhan turunkan untukku, tapi,,,dia sudah seperti kakak bagiku.
            Menjelang perpisahan kelulusan, aku semakin yakin dan percaya bahwa dia begitu berarti bagiku. Aku tak tahu bagaimana jadinya aku tanpanya. Aku mungkin hanya akan menjadi anak yang tetap duduk diam di bangkuku tanpa mengenal bahwa begitu banyak keindahan di sekelilingku yang patut ku nikmati. Meski tak genap satu tahun aku mengenalnya, tapi dia tlah memberiku sejuta kebahagiaan. Terimah kasih temanku untuk semua kebaikanmu. Selamanya kau akan jadi teman terbaik yang pernah hadir dalam hidupku.
******
Kita memang baru menyadari bahwa seseorang itu begitu berarti bagi kita, jika kita hendak berpisah dengannya. Dan itupun terjadi padaku. Pikirku melayang, memikirkan akankah kudapati orang sebaik dia dikehidupan mendatang. Akankah ada seseorang yang mau peduli padaku, untuk mengusap tangisku, untuk membantuku berdiri saat aku terjatuh, dan bahkan orang yang selalu berusaha menghadapi sifatku yang begitu pemarah dengan sabarnya. Tuhan....mudah-mudahan suatu saat nanti aku bisa temukan teman yang sebaik dia lagi. Mudah-mudahan kau kirimkan teman dari langit lagi untukku.
Selamat tinggal temanku, teman-teman terbaikku. Terima kasih tlah mau menjadi temanku. Suka dan duka tlah kita lalui bersama sepanjang kita mengenakan seragam abu-abu. Tapi ingatlah, meski kita pada akhirnya harus berpisah,,, percayalah dalam hati bahwa suatu saat nanti kita pasti akan dapat bertemu lagi dan mengulang kembali cerita kita yang sempat tertunda.
******
THE END

Shamanta







Ini sudah ketiga kalinya Rieka pindah sekolah. Pasalnya dalam pekerjaan ayahnya selalu di tugaskan di kota-kota yang berbeda. Dan kali ini pun demikian. Rieka pelajar SMA yang baru berusia 16 tahun itu pun hanya bisa mengikuti keinginan orang tuanya. Meskipun dalam hatinya dia begitu berat harus meninggalkan kawan-kawannya. Tapi mereka berjanji akan saling mengirim surat atau bahkan saling berkunjung ke rumah jika kangen. Kali ini tepatnya di kota Hakata. Dan tepatnya di Aithasyu school dia bersekolah.
            Dia memiliki seorang adik perempuan yang bernama Yuri dan mereka berdua tinggal bersama ayah mereka. Sedangkan ibu mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dua tahun yang lalu. Meskipun harus mengurus adiknya yang baru duduk di bangku kelas 3 SD itu, tak membuat semangat Rieka luntur untuk dapat berprestasi di sekolahnya. Dia terbilang cukup mahir hidup mandiri.
*****
            Mobil ayahnya berhenti di sebuah rumah berwarna biru muda. Rumah itu tak terlalu mewah tapi terasa nyaman untuk di tempati pasalnya halamannya di penuhi dengan bunga-bunga dan pepohonan yang rindang.
“ Inilah rumah baru kita sekarang ,” ucap ayah Rieka pada Rieka dan Yuri.
Rieka dan Yuri pun tersenyum. Mereka mengangkat koper dalam bagasi mobil ayahnya dan bersiap untuk membawanya masuk ke rumah. Rumah itu sudah tertata rapi dan bersih. Rumah itu berisi dua kamar tidur dan dua kamar mandi. Seperti biasanya pula Rieka selalu satu kamar dengan adiknya karena adiknya masih takut untuk tidur sendiri. Sedangkan satu kamar lainnya di tempati ayahnya.
            Tak banyak yang mereka lakukan karena rumah itu sudah bersih dan rapi. Karena pemilik sebelumnya berniat membersihkannya terlebih dahulu sebelum mereka datang. Mereka hanya meletakkan pakaian dalam almari dan menata buku-buku di meja belajar, kemudian bergegas keluar karena ayah Rieka akan mengajak Rieka dan Yuri ke sekolah baru mereka.
*****
            Aithasyu school, itulah tempat Rieka belajar sedangkan adiknya belajar di Reisyu school yang tempatnya tidak jauh dari tempat Rieka bersekolah agar sewaktu-waktu Rieka bisa memantau adiknya. Mereka pun segera pulang kembali ke rumah setelah bertemu dengan kepala sekolah dan mengurus administrasi dan mereka bisa mulai bersekolah esok hari. Sesampainya di rumah Rieka dan adiknya hendak pergi ke swalayan terdekat untuk membeli bahan makanan sedangkan ayahnya seperti biasa kembali ke kantor.
            Rieka dan Yuri menyusuri jalan untuk mencari swalayan dan untunglah swalayannya tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Yah, memang keahlian ayahnya untuk mencari rumah yang nyaman dan strategis itu memang patut di acungi jempol. Usai berbelanja mereka kembali pulang. Akan tetapi saat mereka melewati sebuah toko kue ada sesuatu yang mendorong Rieka untuk memasuki tempat tersebut. Entahlah apa itu, tapi yang jelas seolah-olah ada sebuah magnet yang menarik Rieka untuk masuk ke tempat tersebut.
            Rieka dan Yuri pun memasuki toko kue tersebut. Di toko kue yang juga terdapat cafe untuk tempat nongkrong itu sungguh ramai pembeli. Entahlah, apakah kuenya begitu enak sehingga toko itu ramai dengan pembeli. Namun anehnya, toko itu hanya buka sampai jam 12 belas siang saja. Di atas jam itu mereka tidak mau melayani pembeli. Ketika masuk ke dalam mereka di sambut ramah oleh seorang pemuda.
“ Selamat datang ....”
*****
            Seorang pemuda lainnya pun memberi mereka menu untuk memilih jenis kue apa yang ingin mereka pesan. Yuri pun menginginkan untuk memesan sebuah kue sedangkan Rieka hanya memesan jus strowbery kesukaannya. Di tempat itu hanya terdiri dari empat orang pegawai, dua laki-laki dan dua perempuan. Rieka terheran-heran mengapa empat orang itu bisa melayani para pembeli yang begitu banyaknya.
            Alhasil, Rieka dan Yuri harus membawa pesanan mereka pulang dan tidak bisa menikmatinya di tempat itu karena jam sudah menunjukkan jam 12 siang. Dan para pembeli yang ramai itu pun satu persatu meninggalkan tempat itu. Mungkin mereka sudah hafal tentang peraturan sebelumnya di toko kue tersebut.
“ Ma’af ya, kami tidak bisa melayani anda dengan baik,” ucap seorang pegawai perempuan di toko tersebut pada Rieka sedangkan pegawai perempuan yang lainnya membungkus kue pesanan Rieka.
*****
“ Silahkan datang kembali,,” ucap seorang pemuda yang menyambut kedatangan Rieka dan Yuri sebelumnya ketika Rieka dan Yuri hendak keluar meninggalkan toko kue tersebut.
            Rieka dan Yuri berjalan pulang dan sesampainya di rumah Rieka langsung memasak untuk menyiapkan makan siang adiknya. Usai makan siang mereka pun membaca komik di kamar hingga akhirnya tertidur. Tiba-tiba saja dalam tidurnya Rieka bermimpi aneh. Dia tengah berada di toko kue yang baru ia datangi tadi. Dia berjalan berkeliling tempat itu dan ternyata di dalam tempat tersebut terdapat sebuah pintu yang aneh yang berbeda dari pintu-pintu lainnya. Pintu itu berwarna putih seputih salju dan berkilau. Rieka penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Perlahan-lahan ia membuka ganggang pintu itu. Tapi ternyata di dalamya hanya terdapat sebuah lorong yang gelap. Rieka merasa takut tetapi seperti yang terjadi sebelumnya ada sesuatu yang seolah menarik Rieka untuk masuk ke dalam.
            Rieka menyusuri lorong itu. Lorong itu begitu panjang dan gelap hingga Rieka berfikir mungkin lorong itu tak berujung. Tapi di dalam kegelapan lorong itu, Rieka seolah-olah melihat sebuah cahaya putih yang menuntunnya. Dia pun terus mengikuti cahaya itu hingga sampailah dia di suatu tempat.
“ Selamat datang Putri,,,”
Rieka mendengar suara itu dan dia pun terkejut ketika mendapati tiba-tiba saja terdapat empat orang yang menunduk kepadanya.
“ Puu...triii...,” ucap Rieka kepada empat orang tersebut.
“ Iya, Putri Shamanta,,” jawab seorang perempuan yang juga tampak seumuran dengannya.
“ Maksudmu aku,,,Putri,,,?” tanya Rieka sembari memandangi empat orang yang tengah tunduk kepadanya tadi. Empat orang itu terdiri dari dua orang perempuan dan dua orang pemuda. Yang wajahnya pernah Rieka lihat sebelumnya meski masih terasa asing.
“ Iya anda adalah seorang Putri,,” tambah seorang pemuda meyakinkan Rieka.
            Rieka masih terheran-heran sedang berada di mana dia sekarang. Memang benar kelihatannya dia sedang berada di sebuah istana yang megah tapi dia bingung kenapa berada di tempat yang seperti itu. Dia pun berusaha mengingat-ingat dimana dia bertemu dengan ke empat orang tersebut sebelumnya. Pakaian mereka yang terasa aneh bagi Rieka sulit untuk mengingat siapa mereka sebenarnya. Tapi, tiba-tiba...
“ Kalian,,,”
“ Akhirnya, Putri menyadarinya juga,,”
“ Ya, kami adalah pegawai di toko kue yang anda beli tadi siang,,”
“ Iya, tapi,,kenapa aku di sini. Ah, ini cuman mimpi,,” pikir Rieka.
“ Anda tidak sedang bermimpi Putri,,” ucap seorang lelaki yang terlihat seperti kakek tua berjubah putih.
“ Maksudmu..?”
“ Anda tengah tidur siang di dunia anda sekarang dan saya meminjam jiwa anda ketika anda tertidur dan membawa anda ke dunia kami,”
“ Dunia ku, dunia kalian maksudnya apa?” tanya Rieka yang masih bingung.
“ Dunia anda adalah dunia manusia sedangkan dunia kami adalah dunia manusia di masa 300 tahun yang lalu dan merupakan dunia impian. Jika di dunia anda sekarang adalah jam 12 siang tapi di dunia kami sekarang adalah jam 12 malam,”
“ Apa mungkin ada yang seperti itu. Kenapa anda membawa saya ke jaman nenek moyangku?”
“ Karena kami membutuhkan bantuan anda,,”
*****
            Rieka masih bingung dengan apa yang tengah terjadi padanya. Tapi laki-laki tua itu menceritakan semuanya perihal kematian ibunya. Bahwa ibunya tidak meninggal karena kecelakaan mobil akan tetapi meninggal karena bertarung untuk menyelamatkan dunia di mana dia berada sekarang. Ibunya meninggal di tangan penyihir jahat yang bernama Arashi dan pasukannya. Karena ibunya tidak cukup kuat untuk mampu menghadapi Arashi dan pasukannya tersebut.
Ibu Rieka meninggal sesunggunya untuk melindungi Rieka. Karena berdasarkan silsilah keluarga dari keluarga ibunya mereka masih seorang shaman. Untuk melindungi agar Rieka dapat hidup normal itulah ibu Rieka mengorbankan dirinya untuk bertarung dengan Arashi dan pasukannya itu menggantikan Rieka sekalipun ia sudah mengetahui bahwa dirinya tidak cukup kuat akibat penyakit yang di deritanya di dunia manusia.
“ Shaman ?” tanya Rieka pada lelaki tua yang kerap di panggil Shain oleh keempat orang tersebut.
“ Shaman adalah seorang cenayang atau dalam dunia anda biasanya di sebut dukun,” jelas Shain.
“ Dukun ? Anda aneh-aneh saja memangnya keluarga saya keturunan dukun yang penuh ilmu ghaib dan biasanya penuh akan hal-hal mistik itu apa,,” bantah Rieka.
“ Dukun di sini tidak sama dengan dukun yang ada di dunia anda putri. Kami lebih suka menyebutnya shaman agar tidak di persamakan dengan dukun yang ada di dunia manusia. Meskipun pada dasarnya artinya sama,”
“ Lantas apa bedanya ?”
“ Shaman di sini bertugas untuk melindungi dunia ini dari roh-roh jahat yang dapat merusak kedamaian,”
“ Maksudmu untuk melindungi dari penyihir jahat dan pasukannya yang telah membunuh ibuku itu?”
“ Ya, benar putri,”
            Shain menceritakan bahwasannya Arashi tersebut awalnya juga pengawal Shaman yakni nenek moyang Rieka dulu. Akan tetapi karena ketamakannya dia mempunyai keinginan untuk menguasai dunia hingga dia akhirnya menjadi penghianat dan musuh besar shaman dan pengikutnya. Kini kedamaian di dunia ini tidak ada lagi sejak ibu Rieka telah meninggal di bunuh oleh Arashi. Karena tidak ada lagi yang bisa menyegel roh-roh jahat yang telah di lepaskan oleh Arashi dan pasukannya. Oleh, karena itu mereka menunggu bertahun-tahun hingga Rieka genap berusia 16 tahun untuk bisa membantu mereka menyegel roh-roh jahat dan mengalahkan Arashi dan pasukannya. Karena di usia ke-16 itulah kekuatan seorang shaman muncul.
*****
Rieka pun menyetujui permintaan mereka dan bersedia untuk membantu menyelamatkan dunia yang telah turun-temurun di jaga oleh nenek moyangnya dan ibunya. Shain mengatakan untuk bisa membangkitkan seluruh kekuatan shaman yang dimilikinya, Rieka harus mencari sebuah tongkat sihir milik nenek moyangnya yang telah lama hilang. Karena ibu Rieka tidak bisa menemukannya itulah yang membuat kekuatannya lemah selain penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya di dunia manusia. Hanya dengan tongkat sihir itulah, Rieka dapat menyegel roh jahat dan mengalahkan Arashi. Perjalanan itu memakan banyak waktu dan hanya keturunan shaman yang sesugguhnya itulah yang dapat menggunakan tongkat tersebut.
“ Jika perjalanannya begitu lama, bagaimana dengan kehidupanku di dunia manusia sekarang ?”
“ Putri tidak perlu khawatir perjalanan panjang di dunia ini hanya menjadi sebuah perjalanan singkat dalam hitungan detik saja di dunia anda.”
*****
            Akhirnya petualangan untuk mencari tongkat itu pun di mulai. Tongkat itu di simpan di menara kegelapan tempat tinggal Arashi. Akan tetapi, Arashi tidak mengetahui sebelumnya karena hanya keturunan shamanlah yang dapat mengetahuinya. Dalam perjalanannya Rieka di temani oleh empat orang pengawal yang tidak lain dan tidak bukan adalah para pegawai toko kue di dunia Rieka. Seorang pemuda tampan yang lebih muda dari pemuda satunya bernama Kazawa. Dia berumur 217 tahun di dunia impian, akan tetapi jika dia berada di dunia Rieka hanya berusia 18 tahun. Sedangkan pemuda yang lebih tua bernama Yutaka berusia 220 tahun. Dan dua lainnya yang seorang perempuan itu bernama Marie dan Nana yang masing-masing berusia 225 dan 218 tahun.
            Perjalanan panjang pun di mulai. Mereka menyusuri jalan menuju istana kegelapan. Setelah berhari-hari melakukan perjalanan akhirnya mereka sampai di istana kegelapan. Akan tetapi, Arashi mengetahui kedatangan mereka dan segera menyuruh pasukannya untuk menyerang mereka. Dan keempat pengawal Rieka pun menghadapi mereka sedangkan Rieka berusaha untuk mencari tongkat sihir tersebut, karena tongkat tersebut hanya dapat datang jika Rieka memanggilnya dengan sebuah mantra. Rieka bahkan tidak tahu mantra yang seperti apa, dia terus mencari dan mencari hingga dia seolah mendengar seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak dia mengerti, dia hanya memiliki hasrat untuk meniru perkataan itu, dan nampaknya itu adalah ucapan mantra untuk memanggil tongkat sihir nenek moyangnya. Dan akhirnya dia pun dapat menemukan tongkat sihir tersebut. Akan tetapi, Arashi menghadang dan menyerangnya.
“ Apa yang bisa kau lakukan Putri Shamanta. Kau hanya gadis kecil yang tak tahu apa-apa. Apakah ibumu yang mengirimmu kemari,,”
“ Jaga bicaramu Arashi, kau pikir aku tidak bisa mengalahkanmu,” ucap Rieka sembari menghapus noda darah yang keluar dari mulutnya akibat serangan Arashi.
            Keempat pengawalnya yang berhasil melewati pasukan Arashi tersebut datang dan membantu Rieka berdiri. Mereka mencoba membantu untuk melawan Arashi akan tetapi mereka malah terluka. Karena memang sesungguhnya hanya kekuatan seorang shamanlah yang bisa menandingi Arashi.
“ Nasibmu akan berakhir seperti ibumu. Sekalipun kau dapat memeperoleh tongkat sihir itu, tapi kau tidak bisa menggunakannya. Hahaha,,,” tawa Arashi menggelegar.
            Rieka memang tidak tahu bagaimana cara menggunakan tongkat sihir tersebut. Tetapi lagi-lagi dia mendengar suara yang menuntunnya untuk mengucapkan sebuah mantra dan menyuruhnya untuk mengayunkan tongkat itu. Rieka pun mengayunkan tongkat itu dan mengucapakan “shabrie” dan seolah seperti magic keluarlah sebuah pedang di hadapannya. Akhirnya, Rieka pun mengambil pedang itu dan mengangkatnya. Pedang itu berkilau dan dihiasi oleh permata. Rieka pun bertarung melawan Arashi sampai titik darah penghabisan.
*****
            Setelah beberapa hari pingsan akhirnya Rieka pun tersadar dan dia bingung kenapa dirinya sudah berada di istana. Padahal seingatnya dia sedang bertarung melawan Arashi. Ketika dia mencoba untuk bangun dari ranjangnya, Yutaka pun menghampirinya dan memeluknya.
“ Akhirnya Putri Shamanta sudah sadar,” ucapnya lembut.
            Rieka hanya terheran-heran kenapa pengawalnya itu sangat peduli padanya. Dan tak lama setelah itu, ketiga pengawal lainnya dan Shain itu pun datang. Mereka menceritakan peristiwa yang di alami Rieka dan keberhasilannya untuk mengalahkan Arashi. Rieka pun di minta untuk bersiap-siap. Ia di suruh untuk mengenakan sebuah baju yang indah dari dunia tersebut dan bersiap ke balai agung. Kini saatnya pun tiba untuk memperkenalkan Rieka yang di dunia tersebut di beri nama Putri Shamanta, sebagai seorang shaman sejati dan penjaga dunia impian mereka. Rieka tersenyum kepada semua masyarakat di dunia tersebut sembari mengangkat tongkat sihirnya di hadapan mereka. Dan semua masyarakat pun tersenyum gembira dan lega dengan kembalinya keturunan shaman yang dapat menjaga kedamaian di dunia mereka.
*****
            Akan tetapi, Rieka pun memutuskan untuk kembali ke dunianya. Karena dia tidak ingin meninggalkan adiknya seorang diri di dunianya. Dia menyerahkan keamanan dunia tersebut kepada Shain dan keempat pengawalnya serta menyerahkan tongkat sihir tersebut untuk di simpan di tempat yang aman. Shain pun menyetujuinya asalkan Rieka berjanji untuk tidak memberi tahu pada siapapun di dunianya, bahwa ada sebuah dunia impian yang indah yang pernah ia temui. Hal ini di tujukan untuk keamanan dan kedamaian dunia impian dari orang-orang jahat. Dan dia pun di ijinkan untuk sesekali mengunjungi dunia impian tersebut melalui lorong yang ada di toko kue tempat ke empat pengawalnya tadi bekerja di dunia manusia.
            Rieka pun terbangun ketika dia melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 3 sore. Dia pun segera menyiapkan makan malam untuk ayah dan adiknya seperti biasa. Sedangkan adiknya yang masih kecil itu membantu untuk menyapu rumah dan halamannya.
*****
            Keesokannya Rieka dan adiknya pun berangkat ke sekolah barunya, begitu pula setiap harinya. Dan seusai pulang sekolah mereka berdua selalu mampir ke toko kue tempat ke empat pengawalnya itu bekerja di dunia manusia. Rieka dan adiknya pun di sambut hangat oleh mereka berempat. Termasuk salah satunya Yutaka, yang tidak pernah bisa mengalihkan pandangannya dari Rieka sedetikpun saat bertemu. Semuanya pun bercakap-cakap dan sesekali bercerita tentang keadaan dunia impian sekarang pada Rieka. Semuanya pun tersenyum bahagia termasuk adik Rieka yakni Yuri yang masih tidak mengerti apapun dari yang mereka bicarakan. Karena bagi Yuri cerita mereka tentang dunia impian itu adalah sebuah dongeng yang dapat mengantarkannya untuk tidur siang.
             

Malang, 13 Februari 2013
THE END

Sepotong Surat Cinta





Text Box: By Khudaifa SariAku melihatnya lagi dan lagi. Seperti biasa dia berjalan di koridor sekolah dengan gayanya yang cool abis. Ya, aku melihatnya. Cowok perfek itu berjalan dengan santai di sepanjang koridor sekolah menuju ke ruang kelasnya. Di belakangnya tak pernah sepi. Selalu ada saja anak-anak cewek yang diam-diam mengikutinya atau bahkan bersikap seolah akrab dengannya. Ingin rasanya anak-anak cewek itu kumaki sepuasku agar menjauh dari pangeran impianku itu. Tapi, untunglah pangeran impianku itu tak pernah menanggapi mereka.
*****
” Hei, Ra....lagi ngelihatin apa sih. Ehhhmmmm.....aku tahu nieh pasti lagi ngeliatin Rangga yach...?Kayaknya dalem banget tuh....,”
” Ahhh, nggak kok,”
” Yeah, itu terlihat jelas di matamu Ra, jangan-jangan kamu naksir ya sama dia,”
” Ah, kamu ini ada-ada saja,”
” Yeah, kalok iya, juga nggak apa-apa kok Ra. Aku tuh udah sering memergoki kamu yang ngeliati wajah Rangga terus,”
” Ap....apa?? Emang terlihat jelas yach di mukaku,”
” Tuh, kan bener kamu naksir rangga,”
” Ah, May, emang deh aku akuin aku tuh nggak pernah bisa nyembunyiin apapun dari kamu,”
” Hehehe....ya iyalah. Maya gitu lho,, selalu bisa baca pikiran sahabatnya. Emangnya loe suka ma Rangga dari kelas berapa sih?”
” Emmm.....sejujurnya udah tiga tahun ini aku menyukai rangga,”
” Apa?” Emang apa sih yang kau lihat dari dia Ra? Bener sih, emang dia tuh cowok paling perfek di sekolah bahkan IQnya paling tinggi diantara anak –anak laennya yang masuk kelas bintang. Tapi, cowok kutu buku itu selalu cuek sama anak-anak laennya, bahkan dia tuh nggak pernah peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya,”
” Emang sih dia tuh cowok kayak gitu. Tapi, mau gimana lagi sejak kelas 1 aku sudah menyukainya,”
” Trus, gimana ?Apa loe mau ngungkapinperasaan loe padanya ?”
” Emmm.....maunya sih gitu toh bentar lagi kita akan lulus kalau sudah lulus. Kalau sudah lulus aku jadi nggak punya kesempatan dong untuk menyatakan perasaanku padanya,”
” Tapi, Ra. Apa loe nggak takut kecewa dan menjadi bahan tertawaan anak-anak ?”
” Nah, itu dia masalahnya May, menurutmu aku harus bagaimana?Aku bingung nie bagaimana cara mengungkapkan cinta tanpa diketahui anak-anak laennya ?”
” Emmmm....kalau itu sih cuman ada satu cara Ra,”
” Apa itu May,,?”
” Lewat surat......,”
” Surat.....Maksudmu surat cinta.....!”
” Yappp.....tepat sekali,”
” Tapi May, kau kan tahu sendiri dalam membuat puisi atau semacamnya yang berbau romansa aku kan nggak ahli,”
” Ahhhh,,,,,tenang aja, apa gunanya sahabatmu ini, bukankah itu gunanya aku sebagai ketua tim mading sekolah kita,”
” Wahhh....makasihya May,,”
” Ok. No problem,”
*****
          Dirumah aku hanya bisa bengong memikirkan Rangga. Apakah dia akan membalas suratku nanti ? Dan bagaimana aku memberikan surat itu padanya besok? Jelas nggak mungkin dong kalau aku tiba-tiba menghampirinya dan memberikannya pasti semua orang akan menertawakannku. Ah......tapi aku nggak punya pilihan laen, bukankah aku nggak ingin kehilangan dia, inilah kesempatan terakhirku untuk menyatakan cinta sebelum kelulusan nanti.
*****
          Esoknya di sekolah..............
” Eh, Ra, nie surat cintanya udah aku buatin. Loe priksa dulu deh...,”
” Waahhh...., bagus banget nie May, kata-katanya romantis banget dan sesuai banget ama yang sedang aku rasakan. By the way, makasih yach,”
” Sipppp........sahabatku. Tapi ntar jangan lupa kamu kasih ke rangga yach....,”
” Ap....apa..!!! Ntar....!!!”
” Ya, iyalah non kamu mau nunggu ampek kapan...Ntar dia keburu di ambil orang lho....!”
” Emmm....Ok deh,”
*****
          Aku melihat Rangga yang sedang duduk-duduk di taman sekolah. Itu kesempatan yang bagus buatku. Seperti biasa dia selalu ditemani oleh buku-bukunya yang menumpuk. Meski dia kutu buku, tapi penampilannya nggak culun seperti kebanyakan orang yang kutu buku. Malah bagiku dia adalah cowok terperfek yang pernah aku kenal.
” Emmm....Rangga boleh ganggu bentar nggak?”
” Ah, kamu...,”
” Iy....iya, aku Clara dari kelas XII-IPA 3,”
” Memangnya ada perlu apa ?”
” Emmm....aku cuman mau ngasih ini,” ucapku sembari memberikan surat cinta yang berwarna pink itu.
          Tapi tiba-tiba saja,,,,ketika Rangga hendak membukanya..........
” Eh, apa ini ? Loe mau ngasih surat cinta ke Rangga,” ucap Prisil sembari merampas surat itu dari tangan rangga.
*****
          Aku berusaha menahan surat itu dari rampasan tangan Prisil. Tapi...surat itu malah terbelah menjadi dua. Prisil mendapatkan surat isinya bagian awal surat cinta itu sedangkan aku dapat bagian akhirnya. Dengan rasa yang tak bersalah Prisil membacakan sepotong surat cintaku di depan anak-anak.
” Eh, temen-temen dengerin deh, ada sepotong surat cinta Clara nie, aku bacakan yach....,”

 Dear Rangga,                Dengan rasa takut bercampur bahagia akhirnya aku putuskan untuk menulis surat ini untukmu. Saat pertama kali bertemu denganmu aku merasakan ada sesuatu yang lain dalam diriku yang entah tak ku tau perasaan apa itu. Setiap kali melihatmu jantungku berdetak dengan kencangnya bahkan tak lagi seirama dengan detak jarum jam yang berputar.                Rangga, aku memberanikan diri untuk menyatakan semua perasaanku padamu lewat surat ini. Entah apa yang akan kau pikirkan tentang diriku setelah menerima surat ini. Yang jelasa ku tak lagi bias menyembunyikanperasaankupadamu. Selama 3 tahun aku memendam perasaan ini.Kini saatnya aku katakan padamu bahwa aku mencintaimu. 

Setelah mendengar sepotong surat cintaku yang di bacakan oleh Pricil di depan semua teman-teman. Seantero sekolah menertawakanku. Aku hanya tersipu malu dan terdiam.
” Eh, Ra....Apa bener ini surat cinta buatanmu bukannya.....................?” tanya Pricil padaku tiba-tiba yang kemudian di potong oleh Rangga.
” Iya...aku nggak percaya Ra, kalo surat cinta itu kau tulis sendiri untukku. Aku tahu betul bahwa kau adalah orang yang tidak pandai bermain kata-kata seindah itu dan bahkan kau kan selalu mendapat nilai jelek dalam pelajaran sastra,”
” Ah......aku....,”
” Ngaku aja deh Ra, semua orang juga pada tahu ngaak mungkin anak dengan IQ rendah sepertimu bisa membuat surat cinta seindah itu. Apa kau minta bantuan seseorang untuk membuatkanmu surat cinta hahaha.....,” ledek Pricil.
” Ma’af ya Ra, aku nggak bisa menerima seseorang yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya sepenuh hati. Apalagi minta bantuan orang lain. Aku sangat membenci gadis pengecut sepertimu Ra,” ucap Rangga sembari pergi meninggalkanku dengan buku-bukunya itu.
*****
          Aku melangkah gontai menuju menuju ruang kelasku. Tak aku hiraukan semua orang yang sedang asyik menertawakanku. Rasanya hari ini aku menjadi obyek yang sangat menyenangkan bagi mereka untuk ditertawakan. Diruang kelas aku merobek sepotong surat cinta yang masih aku genggam erat dari rebutan Pricil.
” Ra, apa bener gosip yang beredar itu?” tanya Maya
” Ya....itu benar. Pricil merebutnya dari tangan Rangga dan dia membacakannya di depan anak-anak,”
” Ma’afkan aku ya Ra, aku nggak bermaksud mengecewakanmu. Kau tau sendiri Rangga itu orang kayak apa. Makanya aku berusaha membuat surat itu sebaik mungkin. Tak kusangka semua orang jadi tau,”
” Tak apa May, aku sendiri yang salah. Seharusnya aku nggak minta bantuanmu. Kau terlalu hebat dalam hal ini, kau kan juga salah satu anak kelas bintang,,,”
” Tapi Ra,,,,”
” Sudahlah May, aku pengen sendiri...,”
” Ba...baiklah aku pergi dulu,”
*****
          Setiap kali bertemu Rangga aku selalu marah karena telah mempermalukanku di depan umum, Ingin rasanya ku lempar kepalanya dengan sepatu ketsku ini dan bersyukur jika dengan itu dia bisa amnesia dan melupakan kejadian yang memalukan itu. Tapi di sisi lain aku sangat merasa bersalah padanya. Bukan salahnya jika dia ingin melindungi harga dirinya dengan mempermalukanku di depan semua anak-anak. Akulah yang salah karena telah melukai harga dirinya sebagai cowok terperfek di sekolahku.
          Semua anak selalu mengejeknya karena dia disukai oleh gadis bodoh dengan IQ rendah sepertiku. Semakin kupendam rasa bersalah ini semakin menyeruak dan akhirnya aku memutuskan untuk membuat surat lagi untuknya dengan tanganku sendiri. Dan kali ini bukan surat cinta tetapi surat permintaan ma’afku padanya. Entah dia akan membacanya atau langsung membuangnya setelah dia tahu surat itu dariku.
*****
          Esoknya di sekolah, saat jam istirahat...........
” Ra, ada yang ingin bertemu denganmu..................,”
” Bertemu denganku? Siapa ?”
Tiba-tiba aku melihat rangga memasuki ruang kelasku. Tepatnya ruang kelas bagi anak-anak dengan IQ minimum sepertiku.
” A...ada apa kemari,” tanyaku dengan rasa takut. Apa kau ingin menertawaiku lagi?” tannyaku dengan rasa cemas.
” Ah, tidak Ra, Sebelumnya aku ingin minta ma’af karena aku bersikap kasar padamu. Tapi.....ada hal lain yang ingin aku bicarakan padamu.
” Bicara tentang apa?”
” Emmm, aku ingin memintamu......Bisakah kau tuliskan lagi perasaanmu padaku yang sesungguhnya dengan sebuah surat cinta yang kau tuliskan sendiri,”
” Ap....apa?” tanyaku terkejut dengan permintaan Rangga.
” Aku sudah tahu semuanya dari Maya. Ra, aku tahu kau tak menulis surat cintamu sendiri karena kau takut kalau kata-katamu itu tidak begitu romantis dan menarik sehingga sedikitpun aku mungkin tak tertarik dengan surat yang kau buat untukku. Tapi...asal kau tau meskipun aku ini terkenal sebagai cowok perfeksionis disekolah ini, tapi aku bukan orang seperti itu Ra. Aku pasti lebih suka dan tersentuh dengan surat cinta yang kau tulis sendiri dengan perasaanmu yang sesungguhnya, bukan dengan tulisan tangan orang lain,”
” Ma....maksudmu,”
” Aku.....sebenarnya aku juga menyukaimu sejak dulu. Tapi aku..........,”
” Aku tau mungkin kau terlalu malu untuk mengatakannya padaku. Kau malu jika semua orang tahu kalau cowok perfek sepertimu menyukai gadis jelek dengan IQ rendah sepertiku,”
” Bu....bukan itu alasannya Ra,,,,”
” Trus apa..?”
” Aku.....aku hanya takut kalau kau tidak menyukaiku,”
” Ap....apa...?”
” Ya....sebenarnya aku sangat senang menerima surat cinta darimu tapi...setelah aku tahu itu bukan surat cinta yang kau buat sendiri dengan setulus hati makanya aku kecewa padamu,”
” Kau mau mencoba untuk mempermalukanku lagi...? Tidak mungki cowok perfek sepertimu takut di tolak cintanya. Bukankah kau sendiri tau begitu banyak cewek laennya yang ingin jadi kekasihmu dan mereka tidak akan ada yang berani menolakmu,”
” Ra, kau pikir cowok perfek sepertiku ini yang hanya bergaul dengan buku-buku pelajaran tidak memiliki kelemahan apa. Seperfek apapun aku dimatamu atau dimata semua orang aku juga masih punya kelemahan Ra,’
” Ja....jadi...,”
” Aku mau menerima kau menjadi kekasihku asalkan kau buatkan aku surat cinta lagi yang kau tulis dengan sepenuh hatimu,”
” Ap...apa....! ak...aku udah nggak suka lagi padamu,” ucapku sekenanya.
” Oh....ya....,”
” I......iya...sedikitpun tidak ada,”
” Aku nggak percaya, kalau begitu aku.........,”
” Kau mau apa,” tanyaku ketakutan melihat Rangga semakin mendekat padaku.
” Aku mau membuktikannya,” ucapnya dengan mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi padaku.
” Ah....baiklah, baiklah...Tapi...jangan lakukan ini ,”
” Memangnya kau pikir aku mau melakukan apa ? Aku hanya mau mengambil bulu matamu yang jatuh,”
” Ah....kau ini bikin aku takut saja,”
” Ya...udah deh aku mau balik ke kelasku dulu mau masuk nieh. Hari sabtu malam aku tunggu kamu di taman yang nggak jauh dari rumah kita yach.....,” ucanya dengan senyuman manis dibibirnya.
” Iy....iya,” jawabku yang masih terkejut.
Tiba-tiba..................................................
” Cie, cie yang lagi kasmaran nie yea....,” goda Maya yang tengah memergokiku senyum-senyum sendiri.
” Hehehe....By the way makasih ya May, Aku nggak tahu kalau Rangga tuh sebenernya baek banget,”
” Yeah, aku juga nggak nyangka sebelumnya. Tapi syukurlah aku bisa melihat sahabatku menemukan kebahagiaannyakembali. Selamat yach...,” Ucapnya sembari berlalu pergi dari kelasku.
*****
HariSabtu malam di taman.....................................
” Hai Ra,,,,,”sapa Rangga.
Akhirnya aku melihatnya dengan kaos berwarna biru muda yang berkera dengan menyangklong tas berwarna coklat.
” Udah lama nunggunya Ra?” tanyanya.
” Ah, nggak kok aku baru nyampek,” ucapku sekenanya padahal aku udah menunggunya selama 1 jam lebih tapi aku malu mengatakannya.
” Trus mana suratnya...?”
” Oh, ini,” ucapku sembari memberikan sepucuk surat itu padanya. Kemudian dia meletakkan surat itu ke dalam tasnya.
” Rangga, apa kau tidak mau membaca suratnya?”
” Ap...apa? suratmu akan selalu aku baca setiap hari menjelang tidur agar selalu memimpikanmu dalam tidurku,”
” Emmm....Rangga, aku ingin bertanya sesuatu padamu,”
” Nanya apa Ra,,,?”
” Apa kau tidak malu berpacaran denganku? Kau tau sendiri kan kalau kau dan aku berbeda,”
” Berbeda? Maksudmu otak kita?”
” Iy...iya...,”
” Sudahlah Ra, aku kan sukanya sama kamu bukan sama otakmu itu,”
” Tapi....anak-anak pasti banyak yang tidak setuju dengan hubungan kita apalagi Pricil,”
” Ah, jangan dengerin apa kata orang lain. Biarkan saja, Yng penting kita bahagia,”
” Ah, baiklah kalau gitu..,”
          Tak lama setelah itu dia mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya.
” Lho Ngga, kenapa kamu mengeluarkan buku,”
” ya...apa lagi kalu nggak belajar,”
” Tap....tapi...inikan Sabtu malam Minggu. Kamu masih belajar di hari Sabtu? Besokkan kita libur?”
” Ya..iyalah ra, kita tuh sebagai anak muda harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar tidak menyesal nantinya.
” Dengan belajar maksudmu...?”
” Yap, tepat sekali..,”
” Tap....tapi bukannya kita mau kencan yach...?”
” Ya...inilah kencan pertama kita. Dengan belajar bersama,”
” Ap...apa?”
” Kenapa? Kamu tidak suka? Aku sangat ingin melakukan ini dengan pacarku”
” Ah, nggak kok aku suka. Lagi pula aku kan bisa minta diajarin sama Rangga tentang pelajaran yang nggak aku mengerti,”
” Baiklah, mari kita mulai kencan pertama kita dengan belajar bersama,”
” Oke....!!!!” ucapku dengan penuh semangat.
*****
          Aku selalu memimpikan kencan pertama dengan pacarku di tempat-tempat romantis bukan di taman dengan segudang buku-buku pelajaran yang membosankan itu. Tapi, bagiku tak apalah meskipun aku nggak begitu suka belajar asalkan bersama Rangga terus aku sudah cukup bahagia. Tak apalah meski dia tak seromantis mantan-mantan pacarku dulu yang penting aku bahagia. Satu hal yang dapat aku pelajari dari pacar tercintaku itu bahwa orang perfek seperti dia itu ternyata juga punya kelemahan juga. Hehehe...

 THE END