Ku tutup mataku, dari semua pandanganku…
Bila kulihat matamu, ku yakin ada cintaKetulusan hati, yang mengalir lembutPenguasa alam, tolonglah pegangi akuBiar ku tak jatuh pada sumurdosa
Lantunan lagu Rossa itu terdengar lirih dalam kesunyian
menemani malamku yang begitu sepi. Sepi......Hanya terdengar suara jangkrik
yang berderik di pematangan.
Andaikan ku bisa………….Lebih adil……………
Pada cinta, kau dan diaAku bukan Nabi ,Yang bisa sempurnaKu tak luput dari dosaBiarkan ku hidup seperti iniTakdir cinta harus beginiAda kau dan dia bukan ku yang mauOh Tuhan…..Gugurlah hatiku……….
Itulah lantunan akhir dari lagu Rossa yang menemaniku
dalam merajut lamunan panjangku. Aku masih duduk terpaku di meja belajarku. Tak
ada yang ingin aku lakukan. Bahkan buku-buku pelajaran yang sudah aku buka pun
tak lagi mengasikkan bagiku. Meski terkadang aku mencoba menyibukkan diriku
dengan berbagai kegiatan. Tapi.................aku tetap saja tidak bisa
melupakannya.
Ya, dia. Dia yang pertama kali membuat jantungku berdegup
begitu kencang. Dia yang membuat pandanganku tak pernah bisa berpaling darinya.
Dia..........Dia orang pertama yang membuatku merasakan cinta. Ya, cinta. Cinta
pertamaku.
” Keysya, keysya.....,” seru mamaku sembari menggedor
kamar tidurku.
” Ada apa, sih ma? Teriak-teriak malam-malam begini...?”
” Tuh lho si Dinda Telpon katanya sih penting,”
” Katanya berkali-kali dia nelpon ke HP kamu tapi nggak
bisa-bisa,”
” Oh, ya ma...Keysya lupa HP Keysya mati,”
” Ah, kamu ini. Ya udah cepat di terima telponnya kasihan
Dinda nunggu terlalu lama,”
” Siiiiiiiippp....ma,”
Aku
beranjak dari kamar tidurku. Ku matikan Radio yang menemmaniku dalam sepinya
malam ini dan bergegas menerima telpon dari Dinda.
” Ada apa Din ?”
” Hey, kemana aja non dari tadi di telponin nggak
aktif-aktif?”
” Iya sorry, sorry. HP ku lagi mati belum gue carge.
Emangnya ada masalah penting apa sih Din?”
” Gawat Key, pokoknya gawat,”
” Gawat apanya? Cepet ngomong deh jangan bikin gue
bingung,”
” Itu, aku baru denger kabar kalau Brian mau jadian sama
si Angel,”
” Loe denger dari siapa sih? Jangan ngaco deh,”
” Eh, beneran lagi Key, aku denger sendiri dari Derry.
Masak sih pacarku itu bohong sama pacarnya sendiri,”
” Ya udah kalau emang kayak gitu, gue bisa apa,”
” Hey, non kamu ini gimana sih. Ntar kesempatan loe untuk
dapetin Brian hilang lho...!”
” Ya udahlah neng. Mungkin dia emang bukan jodoh gue,”
” Eh, jangan nyerah gitu aja lho non ! Loe harus
menggagalkan rencananya itu!”
” Trus gue harus gimana? Apa loe mau gue yang ngungkapin
perasaan gue langsung ke Brian dan bilang ma dia kalau gue itu suka banget ma
dia sejak pertama kali bertemu dengannya. Kalau itu mau loe, gue nyerah deh.
Dalam kamus gue nggak ada tuh ceritanya seorang cewek menembak cowok duluan,”
” Eh, ya nggak gitu juga toh neng,,,”
” Trus, gimana ?”
” Ya, loe deketin dia perlahan-lahan atau besok loe
pura-pura minta dia untuk ngebantui lho atau apa gitu kek supaya rencana dia
gagal,”
” Aduh, please deh neng, gue tuh bukan cewek yang kayak
gitu. Kalau itu emang udah jadi keputusannya ya biari aja deh. Gue nggak mau
ikut-ikutan apalagi ngegagalin rencana dia buat nembak cewek yang dia suka,”
” Tap...tapi....loe...Gue takut loe akan berbuat nekat,”
” Maksud loe?”
” Gue takut loe akan mencoba bunuh diri karena patah hati
!”
” Hey, loe ini ngaco aja. Gue bukan orang yang suka nekat
mau bunuh diri hanya karena patah hati. Toh lagi pula ini bukan yang pertama
kalinya,”
” Nah, makanya itu gue takut karena loe berkali-kali
patah hati gara-gara dia,”
” Udah, please deh din, gue nggak akan berbuat hal-hal
yang tidak rasional seperti itu kok,”
” Janji ya nggak akan berbuat nekat,”
” Iya, iya. Loe tuh emang kebanyakan nonton sinetron
sih,”
” Yeah, habis gue takut banget. Kalau loe bunuh diri
siapa dong yang bisa gue ajakin curhat kalau gue lagi ada masalah ma Derry,
hehehe...,”
” Yeah, loe itu...Ya udah, udah malem nie gue mau tidur,”
” Oke deh non, mimpi yang indah yach....,”
” Siiiiippppp............,”
Kututup
telpon dari Dinda dan bergegas kembali ke kamar tidurku. Aku masih terkejut
mendengar berita dari Dinda itu. Seakan semua khayalku untuk bisa dekat
dengannya atau memilikinya kini sirnalah sudah. Aku pernah membaca syair Kahlil
Gibran tentang cinta sang Nabi bahwa................................
Bila cinta memanggilmu, turutlah bersamanya
Kendati jalan yang mesti engkau lalui sangat keras dan terjalKetika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimuKetika ia bertutur kepadamu, maka percayalah padanyaWalaupun suaranya akan memporak-porandakan mimpi-mimpimuLaksana angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman
Dulu aku begitu percaya bahwa cinta yang datang kepadaku
adalah sebuah anugerah yang tidak akan mungkin pernah aku lepaskan. Akan ku
pegang erat cinta itu seperti kata Kahlil Gibran dalam syairnya. Karena Tuhan
telah memberikan cinta itu kepadaku. Tapi, kini bahkan aku semakin ragu dengan
cinta yang telah menderaku. Haruskah ku lepaskan saja cinta itu? Atau tetapkah
aku bertahan dengan cinta yang hanya aku seorang pemiliknya? Aku telah sering terluka
karenanya. Bisakah aku terluka lagi olehnya? Gumamku dalam hati. Dan akupun
akhirnya terlelap dalam keheningan malam.
*****
Fajar
telah menyingsing di ufuk timur. Terik sinarnya begitu menyilaukan, hingga
mataku terpincing-pincing di buatnya. Mataku terlalu berat untuk dapat terbuka.
Entah karena terlalu lama menangis semalaman atau karena kantukku yang masih
mendera. Tapi, tak hanya itu kepalaku tersa begitu berat seolah di kepalaku ada
batu besar yang bersarang di sana. Namun, aku mencoba untuk tetap terbangun
dari tidurku dan bergegas berangkat ke sekolah. Ku kendarai mobil Kijangku yang
berwarna merah itu dan akhirnya akupun sampai di sekolah.
” Pagi, Miss Keysya,,,,” sapa Dinda.
” Pagi, Din,”
” Eh, tunggu deh ada yang lain dari nona tercinta kita
nih din,” ledek Derry.
” Iya, coba lepaskan kacamatamu itu,”
” Eh, apaan sih Din, nggak ada apa-apa kok,”
*****
Dinda
langsung melepas kacamata yang sering bersarang dimataku itu. Dia akhirnya tahu
kalau yang lain dariku hari ini adalah mataku yang tampak sembab.
” Habis nangis lagi yach non? Berapa lama ? semalaman
penuh sampai membuat matamu seperti ini?”
” Udah, kamu nih apa-apaan sih Din, aku mau ke kelas
dulu.
*****
Akupun
langsung berlari ke kelasku meninggalkan Derry dan Dinda yang masih terdiam di
koridor sekolah. Aku memang tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari
sahabatku yang satu itu. Dia selalu tahu apa saja yang aku rasakan ataupun yang
sedang terjadi padaku. Seolah dia bisa meramal semua yang sedang dan akan
terjadi padaku.
Tanpa sengaja
aku menabrak Brian, ketua tim basket itu atau yang lebih tepatnya orang yang
diam-diam aku sukai. Tapi...dia selalu cuek padaku.
” Ah, ma’af ya Bri,”
” Ya, nggak apa-apa,” jawabnya sembari berlalu dari
hadapanku.
Ya,
begitulah Brian. Tak pernah satu kalipun memperdulikanku dan bahkan mungkin tak
pernah menganggapku ada di dunia ini. Setidaknya saat aku jatuh dia bertanya
apakah aku tidak apa-apa atau basa-basi yang laen kek. Tapi tidak dengannya,
dia malah berlalu dari pandanganku.
Dinda
sampai terheran-heran padaku kenapa aku menyukai orang sedingin dan secuek
Brian bahkan Derry yang sahabat Brian sendiri smpai pernah kesal dibuatnya.
Habisnya dia selalu tertutup pada semua orang, kecuali ada seseorang yang bisa
meluluhkannya dia nggak akan pernah bersikap baik pada siapapun.
*****
Issue itu
semakin menyebar, bahwa Brian si ketua tim basket itu telah berpacaran dengan
Angel ketua team cheerleader sekolah kami. Dan akupun hanya bisa diam.
Lagi-lagi aku tak pernah bisa memperhatikan langkahku saat sedang terburu-buru
berjalan hingga aku kembali menabraknya.
” Ah, ma’af ya Bri,”
” Ya, nggak apa-apa kok Key. Kamu nggak apa-apa kan?”
Aku
terkejut mendengar Brian menanyakan keadaanku. Ini pertama kalinya sejak
berkali-kali kami tabrakan dia menanyakan apakah aku baik-baik saja.
” Ada apa Key, kamu nggak apa-apa kan?”
” Emmm, nggak apa-apa kok?”
” Ya, udah kalau gitu aku pergi dulu yach,”
” He’em....,”
*****
Aku
terkejut tak percaya dengan sikap Brian hari ini. Dia benar-benar berubah
drastis. Dari sifatnya yang sedingin es itu menjadi Brian yang lembut dan
ramah. Apakah ini semua karena Angel? Apakah Angel telah mampu merubahnya? Ya,
mungkin Angel lah yang bisa mengubah sifat dan karakter Brian yang buruk itu
menjadi lebih baik.
” Eh, baru dateng non,” ucap Dinda.
” Iya, udah di tungguin dari tadi nie,”
” Ah, iya ma’af-ma’af,”
” Ya, udah Ketua OSIS kita udah dateng nie temen-temen,
mari kita mulai rapatnya,”
Rapat hari
itu pun berakhir dan pembagian tugas untuk acara ultah sekolah pun telah
selesai. Aku sebagai Ketua OSIS yang menangani langsung perlombaan basket antar
sekolah itu. Itupun telah mendapat persetujuan dari teman-teman dan Pembina
OSIS. Pasalnya sebagai anak yang juga pernah ikut ekskul basket sebelum jadi
Ketua OSIS, aku dirasa cukup mahir untuk mengawasi jalannya pertandingan itu.
Aku begitu
gugup saat aku harus menghadapi Brian untuk membicarakan sudah sejauh mana
persiapan teamnya menjelang dimulainya perlombaan itu. Tapi, disisi lain aku
cukup senang karena bisa bertemu dan ngobrol dengannya setiap hari meskipun
setiap ada dia tak pernah lepas dari keberadaan Angel juga. Bagiku itu tak
masalah, setidaknya Brian tak lagi bersikap dingin dan cuek.
*****
Tanggal 14
Maret tepatnya pertandingan basket antar sekolah pun telah mencapai puncaknya.
Inilah hari yang ditunggu-tunggu sekolah kami. Akankah sekolah kami sebagai
tuan rumah kembali menjadi pemenang ataukah sebaliknya SMA lain yang jadi
pemenangnya.
Disinilah
aku akan dapat melihat kehebatan Brian dalam bermain basket. Disini pulalah aku
akan bersorak bersama teman-temanku untuk mendukung team basket sekolah kami.
Tapi, setelah berhasil memasukkan sebanyak tiga kali bola ke dalam ring, Brian
terjatuh karena didorong oleh pemain team lawan. Dan akhirnya diapun harus
dibawah ke UKS karena cideranya cukup parah hingga dia tidak lagi dapat
mengikuti pertandingan sampai akhir.
Aku bingung karena peristiwa itu. Haruskah aku pergi
meninggalkan pertandingan untuk melihat keadaan Brian? Tapi, aku kan Ketua OSIS
masa karena masalah pribadi aku harus membuang keprofesionalanku. Lantas, aku
harus bagaimana? Brian ataukah.....? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di
pikiranku.
” Pergilah Key, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.
Pergilah...,”
” Tap....tapi, Din, pertandingannya?”
” Tenang saja aku yang akan menggantikanmu memantau
pertandingan ini sampai pertandingan berakhir,”
” Iya, percayalah pada kami Key,” tambah Derry.
” Tapi.......,”
” Eh, kau lupa ya siapa Dinda ini. Dinda adalah Wakil
Ketua OSIS SMA Harapan sekaligus asisten pribadi sang Ketua OSIS. Jadi, tak
kalah hebatnya dengan ketua OSISnya kan?”
” Tenang aja Key, meski tak begitu suka basket tapi
setidaknya aku bisa melihat Derry yang bermain menggantikan Brian.
Hehehe.....,”
” Kau itu,”
” Sudah cepat pergi,”
” Iya, iya..,”
*****
Aku
bergegas berlari ke ruang UKS. Tapi, ternyata aku salah tentang kekhawatiranku
itu. Ternyata Brian sudah lebih baik setelah terjatuh tadi. Ya, tentu saja dia
lebih baik karena Angel selalu ada di sisinya. Aku urungkan niatku untuk masuk
ruang UKS itu setelah tahu Angel ada di situ meskipun hanya tinggal selangkah
lagi aku berada di ambang pintu ruang UKS.
Mataku
yang sendari tadi meneteskan air mata karena kekhawatiranku pada Brian sejak
peristiwa tadi akhirnya bisa sedikit reda
setelah melihat dia baik-baik saja bersama Angel.
Tapi, ada
apa denganku? Rasanya hatiku begitu sakit melihat kemesraan mereka. Aku tak
pernah merasakan kesakitan yang begitu menyakitkan ini. Ada apa denganku?
Seolah air mataku yang bisa sedikit mereda kini kembali mangalirbtanpa bisa aku
tahan lagi. Aku menutup pintu ruang UKS kembali dan bergegas berlari sebelum
Brian dan Angel melihatku dalam keadaan ini. Tapi,
tiba-tiba.............................................................
” Key, Keysya....” teriaknya memanggil namaku.
Aku yang
hendak melangkahkan kakiku dan bergegas pergi itu seolah tertahan. Kakiku
seolah tak bisa bergerak bahkan hanya untuk selangkah saja.
” Key, kenapa pergi,” ucap Brian padaku.
Akupun
tidak bisa bergerak lagi. Aku terpaksa dalam keadaan seperti itu mendekat ke
tempat Brian. Dan Angel akhirnya meninggalkan kami berdua.
” Ada apa Key? Kok kamu menangis?”
” Ah, nggak apa-apa kok. Kamu udah baikan?”
” Ya, aku udah nggak apa-apa kok. Aku cuman....,”
” Cuman apa? Apa ada bagian lainya yang masih sakit? Atau
aku perlu membawamu ke rumah sakit terdekat?”
” Kamu mengkhawatirkanku ya Key,”
” Ap...apa?”
” Nggak aku cuman bercanda kok Key, Tenang aja aku udah
nggak apa-apa. Angel sudah menelpon Dokter keluargaku kok,” ucap Brian sembari
nyengir dengan begitu manisnya.
” Oh, gitu. Trus gimana kata dokter?”
” Nggak apa-apa kok cuman terkilir aja mungkin seminggu
atau dua mingguan lagi aku udah bisa main basket lagi kok. Untung aja Angel
tadi langsung manggil Dokter Pribadiku kesini,”
” Angel?”
” Iya, Angel. Dia udah tahu kalau nku akhir-akhir ini
sering mengeluh kakiku sakit. Jadi dia sering nemenin aku pergi ke dokter
pribadiku,”
” Oh, jadi kamu dan Angel deket banget yach,
sampai-sampai dokter keluargamu aja dia tahu,” ucapku sembari menyeka air
mataku yang masih terus menetes dengan perlahan.
” Iya, kami tuh deket banget seperti gulali,”
” Oh, begitu. Jadi..., semua itu bener,”
” Bener, apa maksudmu?”
” Emmm, cuman gosip yang beredar di sekolah kita kalau
kamu dan Angel udah.....,”
” Eh, tunggu dulu deh Key, maksud kamu gosip kalau aku
dan Angel itu pacaran?”
” Eh, iya,”
Tanpa persetujuanku air mataku kembali menetes perlah
demi perlahan.
” Kamu kenapa sih Key, dari tadi kamu kok nangis terus.
Jangan-jangan kamu cemburu yach liat aku dan Angel,”
” Ap...apa maksudmu?” bentakku.
” Tenang aja Key, aku dan angel nggak ada apa-apa kok,”
” Emang apa peduliku. Tap....tapi apa maksudmu?”
” Hemmm, dia itu cuman sepupuku Key. Jadi nggak
mungkinlah kalau aku berpacaran dengan sepupuku sendiri,”
” Apa bener? Tapi kalian deket banget nggak nampak
bersaudara malah tampak jelas kalau kalian sedang pacaran,”
” Hahaha....memang tidak ada satu orang pun yang tahu di
sekolah ini kalau kami itu bersaudara. Kami deket banget karena Angel meminta
aku untuk membantunya memanas-manasi Aris mantan pacarnya itu,”
” Ja...jadi kamu dan Angel bener-bener nggak ada
apa-apa?”
” Iya, nggak ada apa-apa,”
” Trus ada lagi yang pengen aku tanyain sama kamu?”
” Ap...apa? Emangnya kamu mau nanya apa?”
” Kenapa kamu berlari sambil nangis tadi bener-bener
terkejut melihatku terjatuh atau kamu.....?”
” Ak....aku....khawatir padamu,”
” Khawatir? Kenapa kamu khawatir padaku sambil menangis
segala. Lagi pula kamu bukan tipe orang yang suka meninggalkan tugasmu begitu
saja. Kamu kan Ketua OSIS yang super profesional dan karena
keprofesionalitasanmu itulah semua guru bahkan semua temen-temen mengagumimu,”
” It...itu...karena...,”
” Kenapa Key? Kenapa bicaramu jadi gagap begitu?”
” Itu, karena....Karena aku menyukaimu,” ucapku yang
kemudian berlari meninggalkannya yang masih terbaring lemas begitu saja sembari
berurai air mata.
*****
Akhirnya
aku bisa mengungkapkan perasaanku padanya. Meski air mataku tak pernah bisa
berhenti menetes sampai pertandingan itu berakhir. Saat mengatakan itu tak
terfikirkan olehku sebelumnya bahwa aku telah termakan oleh omonganku sendiri.
Bahwa dalam kamusku tidak mungkin ada seorang cewek yang menembak cowok duluan.
Tapi, aku melakukannya. Ya, aku melakukannya. Walaupun begitu aku merasa sangat
lega. Pertandingan pun berakhir dengan kemenangan yang sekolah kami peroleh
meski tanpa Brian. Syair Kahlil Gibran mengajariku tentang cinta
bahwasannya........
Cinta akan memahkotai dan menyalibmuMenyuburkan dan mematikanmuMembubungkanmu terbang tinggiMengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik dan menerbangkanmu ke wajah matahariNamun cinta juga akan mencekik dan menguruk-uruk akar-akarmu sampai tercerabut dari perut bumiSerupa dengan sekantong gandumCinta menyatukan dirimu dengan dirinyaMelolosmu sampai engkau bugil bulatMengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmuMelumatmu untuk memutihkanmuMelumatkanmu sampai engkau menjelang liatLantas,Cinta akan membopongmu ke kobar api sucinyaSampai engkau berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada TuhanCinta melakukan semua itu hanya untukmuSampai engkau bisa menguak rahasia hatimu sendiri
*****
Ya...itulah cinta yang disajakkan oleh Kahlil Gibran.
Kini aku tak lagi harus menyembunyikan lagi perasaanku padanya. Jika memang dia
tidak menyukaiku. Aku tlah siap untuk melepas cintaku padanya yang telah
bertahun-tahun aku pendam.
Sudah
hampir seminggu lebih Brian tidak masuk sekolah. Rasa cemas masih
menghampiriku. Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana keadaannya?
Pertanyaan-pertanyaan itu menguak dipikiranku. Bahkan hingga membuat air mataku
terkadang jatuh tanpa bisa aku hentikan.
Akhirnya
hari ini katanya dia akan masuk sekolah. Aku begitu senang mendengar kabar itu
dari Dinda dan Derry. Tapi, aku harus bagaimana saat bertemu dengannya nanti.
Apalagi kalau semua orang tahu bahwa aku telah menyatakan perasaanku padanya.
Akankah dia akan memberi tahu semua orang tentang yang kulakukan, ataukah....?
” Key,” sapanya padaku.
Aku yang ingin menghindar darinya seakan terhenti. Mau
tak mau, siap ataupun belum aku harus menghadapinya. Entah apa yang ingin dia
katakan padaku.
” Key, bisa bicara sebentar?”
” Emmm......,”
Aku merasa deg-degan. Entah apa yang akan dikatakan Brian
padaku. Akankah dia memberi jawaban atas pernyataan cintaku padanya waktu itu.
” Key, kamu waktu itu bilang kalau kamu menyukaiku. Kalau
boleh aku tahu sejak kapan kau mulai merasakan perasaan itu?”
Deg, pertanyaan itu seolah meruntuhkan tubuhku.
Sampai-sampai air mataku menetes tanpa sepertujuanku dan mulai mengguyur wajahku.
” Emmm....sejak...sejak....,”
” Ma’af yach kalau pertanyaanku ini sedikit menyinggungmu
dan bahkan melukaimu. Aku hanya....,”
” Sejak pertama kali aku bertemu denganmu,” ucapku
sembari berurai air mata karna tak sanggup menahan rasa malu terhadapnya yang
tiba-tiba mendera. Akupun bergegas meninggalkannya.
” Tunggu dulu Key,”
” Apalagi yang ingin kau dengar lagi dariku Bri? Apa kau
ingin menertawakanku karena diam-diam menyukaimu. Atau, kau ingin memberitahu
semua orang bahwa aku sang Ketua OSIS di sekolah ini telah menyatakan
perasaanku padamu,” ucapku lantang.
” Tak perlu menangis Key. Kau pun tak perlu malu untuk
mengungkapkan perasaanmu itu. Tenang saja aku bukan orang yang seperti
perkiraanmu itu. Aku malah salut padamu karena kamu udah berani menyatakan
perasaanmu padaku,”
” Bri....Brian..,”
” Aku....Jujur aku sebenarnya juga sudah menyukaimu sejak
dulu key. Tapi aku terlalu takut kau akan menolakku jika aku menyatakan
perasaanku padamu karenanya aku...aku memendam perasaanku ini. Mungkin kau berfikir
bahwa aku adalah cowok pengecut. Tapi, aku....,”
” Brian, benarkah yang kau katakan itu,”
” Emm, benar Key,”
Aku
memeluknya dengar erat setelah mendengar pernyataan Brian. Entah semua orang
akan melihatku seperti orang gila ataukah orang yang tidak tahu malu. Tapi, aku
benar-benar begitu gembira hingga aku tak bisa lagi mengendalikan diriku
sendiri.
Akhirnya
aku menerima jawaban yang memuaskan dari Brian. Ternyata dia juga menyukaiku
dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Aku pikir cinta ini hanya aku
pemiliknya. Tapi, tak kusangka bahwa ada orang lain juga yang memilikinya yaitu
Brian.
” Eh, Key, sebenernya aku udah tahu loh kalau kamu tuh
suka sama aku,”
” Ah, bagaimana mungkin? Emangnya di jidadku tertulis
dengan jelas apa kalau aku menyukaimu?”
” Yeah, aku tuh tahunya dari matamu Key. Kau tau kan mata
seseorang itu tidak pernah bisa bohong. Apalagi air matamu itu yang akhirnya
memberi pengakuan bahwa ternyata kau memang bener-bener menyukaiku,”
” Trus, kenapa dulu bersikap dinguin dan cuek padaku?”
” Itu, karena aku ingin menyembunyikan perasaanku darimu
Key,”
” Uh, dasar. Aku jadi sakit hati tahu dengan sikap kamu
yang seperti itu,”
” Ya, ma’af sekarang nggak sakit hati lagi kan?”
” Kamu itu. Lantas, kalau udah tahu kenapa kamu nggak
menyatakan perasaanmu dulu padaku,”
” Ah, itukan karena aku menunggu kamu dulu yang
menyatakan perasaanmu padaku,”
” Uh, dasar pengecut. Bilang aja kalau kamu takut aku
tolak ya kan?”
” Biarin aja, meskipun aku pengecut kamu tetep suka kan
padaku,”
” Uhhhh,,,,Briaaaaaannnnnn.....,” teriakku sembari
mengejarnya yang tengah berlari.
Itulah
akhir dari kisah cintaku. Akhirnya air mataku lah yang mampu mengungkapkan
semuanya.Cinta tak akan pernah menganugerahkan apapun kecuali wujudnya sendiriDan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali wujudnya sendiri itu pula
Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai
Lantaran cinta terlahir hanya demi cintaKahlil Gibran
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar