Jumat, 13 Juli 2018

Air Mata Pengakuan


Ku tutup mataku, dari semua pandanganku…

Bila kulihat matamu, ku yakin ada cinta
Ketulusan hati, yang mengalir lembut
Penguasa alam, tolonglah pegangi aku
Biar ku tak jatuh pada sumurdosa

Lantunan lagu Rossa itu terdengar lirih dalam kesunyian menemani malamku yang begitu sepi. Sepi......Hanya terdengar suara jangkrik yang berderik di pematangan.

Andaikan ku bisa………….Lebih adil……………

Pada cinta, kau dan dia
Aku bukan Nabi ,Yang bisa sempurna
Ku tak luput dari dosa
Biarkan ku hidup seperti ini
Takdir cinta harus begini
Ada kau dan dia bukan ku yang mau
Oh Tuhan…..Gugurlah hatiku……….
Itulah lantunan akhir dari lagu Rossa yang menemaniku dalam merajut lamunan panjangku. Aku masih duduk terpaku di meja belajarku. Tak ada yang ingin aku lakukan. Bahkan buku-buku pelajaran yang sudah aku buka pun tak lagi mengasikkan bagiku. Meski terkadang aku mencoba menyibukkan diriku dengan berbagai kegiatan. Tapi.................aku tetap saja tidak bisa melupakannya.
Ya, dia. Dia yang pertama kali membuat jantungku berdegup begitu kencang. Dia yang membuat pandanganku tak pernah bisa berpaling darinya. Dia..........Dia orang pertama yang membuatku merasakan cinta. Ya, cinta. Cinta pertamaku.
” Keysya, keysya.....,” seru mamaku sembari menggedor kamar tidurku.
” Ada apa, sih ma? Teriak-teriak malam-malam begini...?”
” Tuh lho si Dinda Telpon katanya sih penting,”
” Katanya berkali-kali dia nelpon ke HP kamu tapi nggak bisa-bisa,”
” Oh, ya ma...Keysya lupa HP Keysya mati,”
” Ah, kamu ini. Ya udah cepat di terima telponnya kasihan Dinda nunggu terlalu lama,”
” Siiiiiiiippp....ma,”
          Aku beranjak dari kamar tidurku. Ku matikan Radio yang menemmaniku dalam sepinya malam ini dan bergegas menerima telpon dari Dinda.
” Ada apa Din ?”
” Hey, kemana aja non dari tadi di telponin nggak aktif-aktif?”
” Iya sorry, sorry. HP ku lagi mati belum gue carge. Emangnya ada masalah penting apa sih Din?”
” Gawat Key, pokoknya gawat,”
” Gawat apanya? Cepet ngomong deh jangan bikin gue bingung,”
” Itu, aku baru denger kabar kalau Brian mau jadian sama si Angel,”
” Loe denger dari siapa sih? Jangan ngaco deh,”
” Eh, beneran lagi Key, aku denger sendiri dari Derry. Masak sih pacarku itu bohong sama pacarnya sendiri,”
” Ya udah kalau emang kayak gitu, gue bisa apa,”
” Hey, non kamu ini gimana sih. Ntar kesempatan loe untuk dapetin Brian hilang lho...!”
” Ya udahlah neng. Mungkin dia emang bukan jodoh gue,”
” Eh, jangan nyerah gitu aja lho non ! Loe harus menggagalkan rencananya itu!”
” Trus gue harus gimana? Apa loe mau gue yang ngungkapin perasaan gue langsung ke Brian dan bilang ma dia kalau gue itu suka banget ma dia sejak pertama kali bertemu dengannya. Kalau itu mau loe, gue nyerah deh. Dalam kamus gue nggak ada tuh ceritanya seorang cewek menembak cowok duluan,”
” Eh, ya nggak gitu juga toh neng,,,”
” Trus, gimana ?”
” Ya, loe deketin dia perlahan-lahan atau besok loe pura-pura minta dia untuk ngebantui lho atau apa gitu kek supaya rencana dia gagal,”
” Aduh, please deh neng, gue tuh bukan cewek yang kayak gitu. Kalau itu emang udah jadi keputusannya ya biari aja deh. Gue nggak mau ikut-ikutan apalagi ngegagalin rencana dia buat nembak cewek yang dia suka,”
” Tap...tapi....loe...Gue takut loe akan berbuat nekat,”
” Maksud loe?”
” Gue takut loe akan mencoba bunuh diri karena patah hati !”
” Hey, loe ini ngaco aja. Gue bukan orang yang suka nekat mau bunuh diri hanya karena patah hati. Toh lagi pula ini bukan yang pertama kalinya,”
” Nah, makanya itu gue takut karena loe berkali-kali patah hati gara-gara dia,”
” Udah, please deh din, gue nggak akan berbuat hal-hal yang tidak rasional seperti itu kok,”
” Janji ya nggak akan berbuat nekat,”
” Iya, iya. Loe tuh emang kebanyakan nonton sinetron sih,”
” Yeah, habis gue takut banget. Kalau loe bunuh diri siapa dong yang bisa gue ajakin curhat kalau gue lagi ada masalah ma Derry, hehehe...,”
” Yeah, loe itu...Ya udah, udah malem nie gue mau tidur,”
” Oke deh non, mimpi yang indah yach....,”
” Siiiiippppp............,”
          Kututup telpon dari Dinda dan bergegas kembali ke kamar tidurku. Aku masih terkejut mendengar berita dari Dinda itu. Seakan semua khayalku untuk bisa dekat dengannya atau memilikinya kini sirnalah sudah. Aku pernah membaca syair Kahlil Gibran tentang cinta sang Nabi bahwa................................



Bila cinta memanggilmu, turutlah bersamanya
Kendati jalan yang mesti engkau lalui sangat keras dan terjalKetika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimuKetika ia bertutur kepadamu, maka percayalah padanyaWalaupun suaranya akan memporak-porandakan mimpi-mimpimuLaksana angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman
Dulu aku begitu percaya bahwa cinta yang datang kepadaku adalah sebuah anugerah yang tidak akan mungkin pernah aku lepaskan. Akan ku pegang erat cinta itu seperti kata Kahlil Gibran dalam syairnya. Karena Tuhan telah memberikan cinta itu kepadaku. Tapi, kini bahkan aku semakin ragu dengan cinta yang telah menderaku. Haruskah ku lepaskan saja cinta itu? Atau tetapkah aku bertahan dengan cinta yang hanya aku seorang pemiliknya? Aku telah sering terluka karenanya. Bisakah aku terluka lagi olehnya? Gumamku dalam hati. Dan akupun akhirnya terlelap dalam keheningan malam.
*****
          Fajar telah menyingsing di ufuk timur. Terik sinarnya begitu menyilaukan, hingga mataku terpincing-pincing di buatnya. Mataku terlalu berat untuk dapat terbuka. Entah karena terlalu lama menangis semalaman atau karena kantukku yang masih mendera. Tapi, tak hanya itu kepalaku tersa begitu berat seolah di kepalaku ada batu besar yang bersarang di sana. Namun, aku mencoba untuk tetap terbangun dari tidurku dan bergegas berangkat ke sekolah. Ku kendarai mobil Kijangku yang berwarna merah itu dan akhirnya akupun sampai di sekolah.
” Pagi, Miss Keysya,,,,” sapa Dinda.
” Pagi, Din,”
” Eh, tunggu deh ada yang lain dari nona tercinta kita nih din,” ledek Derry.
” Iya, coba lepaskan kacamatamu itu,”
” Eh, apaan sih Din, nggak ada apa-apa kok,”
*****
          Dinda langsung melepas kacamata yang sering bersarang dimataku itu. Dia akhirnya tahu kalau yang lain dariku hari ini adalah mataku yang tampak sembab.
” Habis nangis lagi yach non? Berapa lama ? semalaman penuh sampai membuat matamu seperti ini?”
” Udah, kamu nih apa-apaan sih Din, aku mau ke kelas dulu.
*****
          Akupun langsung berlari ke kelasku meninggalkan Derry dan Dinda yang masih terdiam di koridor sekolah. Aku memang tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari sahabatku yang satu itu. Dia selalu tahu apa saja yang aku rasakan ataupun yang sedang terjadi padaku. Seolah dia bisa meramal semua yang sedang dan akan terjadi padaku.
          Tanpa sengaja aku menabrak Brian, ketua tim basket itu atau yang lebih tepatnya orang yang diam-diam aku sukai. Tapi...dia selalu cuek padaku.
” Ah, ma’af ya Bri,”
” Ya, nggak apa-apa,” jawabnya sembari berlalu dari hadapanku.
          Ya, begitulah Brian. Tak pernah satu kalipun memperdulikanku dan bahkan mungkin tak pernah menganggapku ada di dunia ini. Setidaknya saat aku jatuh dia bertanya apakah aku tidak apa-apa atau basa-basi yang laen kek. Tapi tidak dengannya, dia malah berlalu dari pandanganku.
          Dinda sampai terheran-heran padaku kenapa aku menyukai orang sedingin dan secuek Brian bahkan Derry yang sahabat Brian sendiri smpai pernah kesal dibuatnya. Habisnya dia selalu tertutup pada semua orang, kecuali ada seseorang yang bisa meluluhkannya dia nggak akan pernah bersikap baik pada siapapun.
*****
          Issue itu semakin menyebar, bahwa Brian si ketua tim basket itu telah berpacaran dengan Angel ketua team cheerleader sekolah kami. Dan akupun hanya bisa diam. Lagi-lagi aku tak pernah bisa memperhatikan langkahku saat sedang terburu-buru berjalan hingga aku kembali menabraknya.
” Ah, ma’af ya Bri,”
” Ya, nggak apa-apa kok Key. Kamu nggak apa-apa kan?”
          Aku terkejut mendengar Brian menanyakan keadaanku. Ini pertama kalinya sejak berkali-kali kami tabrakan dia menanyakan apakah aku baik-baik saja.
” Ada apa Key, kamu nggak apa-apa kan?”
” Emmm, nggak apa-apa kok?”
” Ya, udah kalau gitu aku pergi dulu yach,”
” He’em....,”
*****
          Aku terkejut tak percaya dengan sikap Brian hari ini. Dia benar-benar berubah drastis. Dari sifatnya yang sedingin es itu menjadi Brian yang lembut dan ramah. Apakah ini semua karena Angel? Apakah Angel telah mampu merubahnya? Ya, mungkin Angel lah yang bisa mengubah sifat dan karakter Brian yang buruk itu menjadi lebih baik.
” Eh, baru dateng non,” ucap Dinda.
” Iya, udah di tungguin dari tadi nie,”
” Ah, iya ma’af-ma’af,”
” Ya, udah Ketua OSIS kita udah dateng nie temen-temen, mari kita mulai rapatnya,”
          Rapat hari itu pun berakhir dan pembagian tugas untuk acara ultah sekolah pun telah selesai. Aku sebagai Ketua OSIS yang menangani langsung perlombaan basket antar sekolah itu. Itupun telah mendapat persetujuan dari teman-teman dan Pembina OSIS. Pasalnya sebagai anak yang juga pernah ikut ekskul basket sebelum jadi Ketua OSIS, aku dirasa cukup mahir untuk mengawasi jalannya pertandingan itu.
          Aku begitu gugup saat aku harus menghadapi Brian untuk membicarakan sudah sejauh mana persiapan teamnya menjelang dimulainya perlombaan itu. Tapi, disisi lain aku cukup senang karena bisa bertemu dan ngobrol dengannya setiap hari meskipun setiap ada dia tak pernah lepas dari keberadaan Angel juga. Bagiku itu tak masalah, setidaknya Brian tak lagi bersikap dingin dan cuek.
*****
          Tanggal 14 Maret tepatnya pertandingan basket antar sekolah pun telah mencapai puncaknya. Inilah hari yang ditunggu-tunggu sekolah kami. Akankah sekolah kami sebagai tuan rumah kembali menjadi pemenang ataukah sebaliknya SMA lain yang jadi pemenangnya.
          Disinilah aku akan dapat melihat kehebatan Brian dalam bermain basket. Disini pulalah aku akan bersorak bersama teman-temanku untuk mendukung team basket sekolah kami. Tapi, setelah berhasil memasukkan sebanyak tiga kali bola ke dalam ring, Brian terjatuh karena didorong oleh pemain team lawan. Dan akhirnya diapun harus dibawah ke UKS karena cideranya cukup parah hingga dia tidak lagi dapat mengikuti pertandingan sampai akhir.
Aku bingung karena peristiwa itu. Haruskah aku pergi meninggalkan pertandingan untuk melihat keadaan Brian? Tapi, aku kan Ketua OSIS masa karena masalah pribadi aku harus membuang keprofesionalanku. Lantas, aku harus bagaimana? Brian ataukah.....? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di pikiranku.
” Pergilah Key, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan. Pergilah...,”
” Tap....tapi, Din, pertandingannya?”
” Tenang saja aku yang akan menggantikanmu memantau pertandingan ini sampai pertandingan berakhir,”
” Iya, percayalah pada kami Key,” tambah Derry.
” Tapi.......,”
” Eh, kau lupa ya siapa Dinda ini. Dinda adalah Wakil Ketua OSIS SMA Harapan sekaligus asisten pribadi sang Ketua OSIS. Jadi, tak kalah hebatnya dengan ketua OSISnya kan?”
” Tenang aja Key, meski tak begitu suka basket tapi setidaknya aku bisa melihat Derry yang bermain menggantikan Brian. Hehehe.....,”
” Kau itu,”
” Sudah cepat pergi,”
” Iya, iya..,”
*****
          Aku bergegas berlari ke ruang UKS. Tapi, ternyata aku salah tentang kekhawatiranku itu. Ternyata Brian sudah lebih baik setelah terjatuh tadi. Ya, tentu saja dia lebih baik karena Angel selalu ada di sisinya. Aku urungkan niatku untuk masuk ruang UKS itu setelah tahu Angel ada di situ meskipun hanya tinggal selangkah lagi aku berada di ambang pintu ruang UKS.
          Mataku yang sendari tadi meneteskan air mata karena kekhawatiranku pada Brian sejak peristiwa tadi akhirnya bisa sedikit reda  setelah melihat dia baik-baik saja bersama Angel.
          Tapi, ada apa denganku? Rasanya hatiku begitu sakit melihat kemesraan mereka. Aku tak pernah merasakan kesakitan yang begitu menyakitkan ini. Ada apa denganku? Seolah air mataku yang bisa sedikit mereda kini kembali mangalirbtanpa bisa aku tahan lagi. Aku menutup pintu ruang UKS kembali dan bergegas berlari sebelum Brian dan Angel melihatku dalam keadaan ini. Tapi, tiba-tiba.............................................................
” Key, Keysya....” teriaknya memanggil namaku.
          Aku yang hendak melangkahkan kakiku dan bergegas pergi itu seolah tertahan. Kakiku seolah tak bisa bergerak bahkan hanya untuk selangkah saja.
” Key, kenapa pergi,” ucap Brian padaku.
          Akupun tidak bisa bergerak lagi. Aku terpaksa dalam keadaan seperti itu mendekat ke tempat Brian. Dan Angel akhirnya meninggalkan kami berdua.
” Ada apa Key? Kok kamu menangis?”
” Ah, nggak apa-apa kok. Kamu udah baikan?”
” Ya, aku udah nggak apa-apa kok. Aku cuman....,”
” Cuman apa? Apa ada bagian lainya yang masih sakit? Atau aku perlu membawamu ke rumah sakit terdekat?”
” Kamu mengkhawatirkanku ya Key,”
” Ap...apa?”
” Nggak aku cuman bercanda kok Key, Tenang aja aku udah nggak apa-apa. Angel sudah menelpon Dokter keluargaku kok,” ucap Brian sembari nyengir dengan begitu manisnya.
” Oh, gitu. Trus gimana kata dokter?”
” Nggak apa-apa kok cuman terkilir aja mungkin seminggu atau dua mingguan lagi aku udah bisa main basket lagi kok. Untung aja Angel tadi langsung manggil Dokter Pribadiku kesini,”
” Angel?”
” Iya, Angel. Dia udah tahu kalau nku akhir-akhir ini sering mengeluh kakiku sakit. Jadi dia sering nemenin aku pergi ke dokter pribadiku,”
” Oh, jadi kamu dan Angel deket banget yach, sampai-sampai dokter keluargamu aja dia tahu,” ucapku sembari menyeka air mataku yang masih terus menetes dengan perlahan.
” Iya, kami tuh deket banget seperti gulali,”
” Oh, begitu. Jadi..., semua itu bener,”
” Bener, apa maksudmu?”
” Emmm, cuman gosip yang beredar di sekolah kita kalau kamu dan Angel udah.....,”
” Eh, tunggu dulu deh Key, maksud kamu gosip kalau aku dan Angel itu pacaran?”
” Eh, iya,”
Tanpa persetujuanku air mataku kembali menetes perlah demi perlahan.
” Kamu kenapa sih Key, dari tadi kamu kok nangis terus. Jangan-jangan kamu cemburu yach liat aku dan Angel,”
” Ap...apa maksudmu?” bentakku.
” Tenang aja Key, aku dan angel nggak ada apa-apa kok,”
” Emang apa peduliku. Tap....tapi apa maksudmu?”
” Hemmm, dia itu cuman sepupuku Key. Jadi nggak mungkinlah kalau aku berpacaran dengan sepupuku sendiri,”
” Apa bener? Tapi kalian deket banget nggak nampak bersaudara malah tampak jelas kalau kalian sedang pacaran,”
” Hahaha....memang tidak ada satu orang pun yang tahu di sekolah ini kalau kami itu bersaudara. Kami deket banget karena Angel meminta aku untuk membantunya memanas-manasi Aris mantan pacarnya itu,”
” Ja...jadi kamu dan Angel bener-bener nggak ada apa-apa?”
” Iya, nggak ada apa-apa,”
” Trus ada lagi yang pengen aku tanyain sama kamu?”
” Ap...apa? Emangnya kamu mau nanya apa?”
” Kenapa kamu berlari sambil nangis tadi bener-bener terkejut melihatku terjatuh atau kamu.....?”
” Ak....aku....khawatir padamu,”
” Khawatir? Kenapa kamu khawatir padaku sambil menangis segala. Lagi pula kamu bukan tipe orang yang suka meninggalkan tugasmu begitu saja. Kamu kan Ketua OSIS yang super profesional dan karena keprofesionalitasanmu itulah semua guru bahkan semua temen-temen mengagumimu,”
” It...itu...karena...,”
” Kenapa Key? Kenapa bicaramu jadi gagap begitu?”
” Itu, karena....Karena aku menyukaimu,” ucapku yang kemudian berlari meninggalkannya yang masih terbaring lemas begitu saja sembari berurai air mata.
*****
          Akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku padanya. Meski air mataku tak pernah bisa berhenti menetes sampai pertandingan itu berakhir. Saat mengatakan itu tak terfikirkan olehku sebelumnya bahwa aku telah termakan oleh omonganku sendiri. Bahwa dalam kamusku tidak mungkin ada seorang cewek yang menembak cowok duluan. Tapi, aku melakukannya. Ya, aku melakukannya. Walaupun begitu aku merasa sangat lega. Pertandingan pun berakhir dengan kemenangan yang sekolah kami peroleh meski tanpa Brian. Syair Kahlil Gibran mengajariku tentang cinta bahwasannya........
Cinta akan memahkotai dan menyalibmuMenyuburkan dan mematikanmuMembubungkanmu terbang tinggiMengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik dan menerbangkanmu ke wajah matahariNamun cinta juga akan mencekik dan menguruk-uruk akar-akarmu sampai tercerabut dari perut bumiSerupa dengan sekantong gandumCinta menyatukan dirimu dengan dirinyaMelolosmu sampai engkau bugil bulatMengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmuMelumatmu untuk memutihkanmuMelumatkanmu sampai engkau menjelang liatLantas,Cinta akan membopongmu ke kobar api sucinyaSampai engkau berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada TuhanCinta melakukan semua itu hanya untukmuSampai engkau bisa menguak rahasia hatimu sendiri

*****
            Ya...itulah cinta yang disajakkan oleh Kahlil Gibran. Kini aku tak lagi harus menyembunyikan lagi perasaanku padanya. Jika memang dia tidak menyukaiku. Aku tlah siap untuk melepas cintaku padanya yang telah bertahun-tahun aku pendam.
          Sudah hampir seminggu lebih Brian tidak masuk sekolah. Rasa cemas masih menghampiriku. Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana keadaannya? Pertanyaan-pertanyaan itu menguak dipikiranku. Bahkan hingga membuat air mataku terkadang jatuh tanpa bisa aku hentikan.
          Akhirnya hari ini katanya dia akan masuk sekolah. Aku begitu senang mendengar kabar itu dari Dinda dan Derry. Tapi, aku harus bagaimana saat bertemu dengannya nanti. Apalagi kalau semua orang tahu bahwa aku telah menyatakan perasaanku padanya. Akankah dia akan memberi tahu semua orang tentang yang kulakukan, ataukah....?
” Key,” sapanya padaku.
Aku yang ingin menghindar darinya seakan terhenti. Mau tak mau, siap ataupun belum aku harus menghadapinya. Entah apa yang ingin dia katakan padaku.
” Key, bisa bicara sebentar?”
” Emmm......,”
Aku merasa deg-degan. Entah apa yang akan dikatakan Brian padaku. Akankah dia memberi jawaban atas pernyataan cintaku padanya waktu itu.
” Key, kamu waktu itu bilang kalau kamu menyukaiku. Kalau boleh aku tahu sejak kapan kau mulai merasakan perasaan itu?”
Deg, pertanyaan itu seolah meruntuhkan tubuhku. Sampai-sampai air mataku menetes tanpa sepertujuanku dan mulai mengguyur wajahku.
” Emmm....sejak...sejak....,”
” Ma’af yach kalau pertanyaanku ini sedikit menyinggungmu dan bahkan melukaimu. Aku hanya....,”
” Sejak pertama kali aku bertemu denganmu,” ucapku sembari berurai air mata karna tak sanggup menahan rasa malu terhadapnya yang tiba-tiba mendera. Akupun bergegas meninggalkannya.
” Tunggu dulu Key,”
” Apalagi yang ingin kau dengar lagi dariku Bri? Apa kau ingin menertawakanku karena diam-diam menyukaimu. Atau, kau ingin memberitahu semua orang bahwa aku sang Ketua OSIS di sekolah ini telah menyatakan perasaanku padamu,” ucapku lantang.
” Tak perlu menangis Key. Kau pun tak perlu malu untuk mengungkapkan perasaanmu itu. Tenang saja aku bukan orang yang seperti perkiraanmu itu. Aku malah salut padamu karena kamu udah berani menyatakan perasaanmu padaku,”
” Bri....Brian..,”
” Aku....Jujur aku sebenarnya juga sudah menyukaimu sejak dulu key. Tapi aku terlalu takut kau akan menolakku jika aku menyatakan perasaanku padamu karenanya aku...aku memendam perasaanku ini. Mungkin kau berfikir bahwa aku adalah cowok pengecut. Tapi, aku....,”
” Brian, benarkah yang kau katakan itu,”
” Emm, benar Key,”
          Aku memeluknya dengar erat setelah mendengar pernyataan Brian. Entah semua orang akan melihatku seperti orang gila ataukah orang yang tidak tahu malu. Tapi, aku benar-benar begitu gembira hingga aku tak bisa lagi mengendalikan diriku sendiri.
          Akhirnya aku menerima jawaban yang memuaskan dari Brian. Ternyata dia juga menyukaiku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Aku pikir cinta ini hanya aku pemiliknya. Tapi, tak kusangka bahwa ada orang lain juga yang memilikinya yaitu Brian.
” Eh, Key, sebenernya aku udah tahu loh kalau kamu tuh suka sama aku,”
” Ah, bagaimana mungkin? Emangnya di jidadku tertulis dengan jelas apa kalau aku menyukaimu?”
” Yeah, aku tuh tahunya dari matamu Key. Kau tau kan mata seseorang itu tidak pernah bisa bohong. Apalagi air matamu itu yang akhirnya memberi pengakuan bahwa ternyata kau memang bener-bener menyukaiku,”
” Trus, kenapa dulu bersikap dinguin dan cuek padaku?”
” Itu, karena aku ingin menyembunyikan perasaanku darimu Key,”
” Uh, dasar. Aku jadi sakit hati tahu dengan sikap kamu yang seperti itu,”
” Ya, ma’af sekarang nggak sakit hati lagi kan?”
” Kamu itu. Lantas, kalau udah tahu kenapa kamu nggak menyatakan perasaanmu dulu padaku,”
” Ah, itukan karena aku menunggu kamu dulu yang menyatakan perasaanmu padaku,”
” Uh, dasar pengecut. Bilang aja kalau kamu takut aku tolak ya kan?”
” Biarin aja, meskipun aku pengecut kamu tetep suka kan padaku,”
” Uhhhh,,,,Briaaaaaannnnnn.....,” teriakku sembari mengejarnya yang tengah berlari.
          Itulah akhir dari kisah cintaku. Akhirnya air mataku lah yang mampu mengungkapkan semuanya.

Cinta tak akan pernah menganugerahkan apapun kecuali wujudnya sendiriDan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali wujudnya sendiri itu pula
Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai
Lantaran cinta terlahir hanya demi cintaKahlil Gibran 
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar