Malam semakin kelam hujan yang turun malam
ini tak kunjung reda. Aku masih terpaku di meja belajarku. Memikirkan apa yang
akan terjadi esok hari. Akankah menjadi lebih baik dari hari ini ataukah tidak.
Tapi aku selalu percaya bahwa hari esok pasti akan lebih baik dari hari ini.
Pasalnya aku bisa belajar dari
pengalaman yang aku dapatkan hari ini atau belajar dari kesalahan yang telah
kuperbuat hari ini agar aku tak mengulanginya dihari esok.
Pagi
tidak cerah seperti biasanya. Awan hitam mulai menghiasi setiap sudut langit biru itu. Sampai-sampai hari
ini masih terlihat subuh karena pagi tak menampakkan diri seperti biasanya.
Gerimis pun kian menjadi semakin deras. Rupanya hujan yang turun semalam suntuk
masih enggan untuk pergi. Tapi aku tetap pergi sekolah seperti biasa. Tanpa
mengenakan jas hujan ataupun membawa payung.Karena rumahku yang begitu dekat
dengan sekolahku membuatku enggan untuk membawa barang-barang seperti itu.
Di kelas masih begitu sunyi .Hanya ada aku
yang duduk seorang diri di bangkuku pada deretan paling depan sejalur dengan
deretan bangku guru. Awalnya aku takut duduk di depan apalagi di depan meja
tempat duduk guru. Tapi apa boleh buat sahabatku yang memilihkannya jadi akupun
menurut begitu saja
*******
Tak begitu lama akhirnya teman-temanku pun
satu persatu berdatangan. Termasuk dia yang selalu kutunggu-tunggu
kedatangannya. Entah mengapa aku jadi begitu tergantung padanya seperti ini.
Setiap dia tidak masuk sekolah akupun menjadi tidak semangat menerima pelajaran
di hari itu apalagi perasaanku selalu mencemaskannya. Memang benar sih aku
setiap hari bertemu dengannya. Pasalnya sejak kecil kami selalu satu kelas
hingga sekarang. Tapi satu hari aku tidak bertemu dengannya terasa seperti satu
abad saja.
Hari ini dia datang dengan membawa payung
berwarna ungu dengan motif bunga-bunga. Semua teman-temanku pun spontan
langsung mengejeknya.
“Wah,mau kemana mbak?”ledek temanku.
Tapi
anak itu tetap berdiam diri tidak meladeni temanku itu karena dia tahu kalau
itu hanya sebuah ejekan untuknya. Diapun hanya menanggapinya dengan senyuman.
Aku yang melihat dia di ejek seperti itu langsung marah. Tapi aku hanya bisa
marah dalam hatiku. Karena aku tidak mungkin marah terang-terangan kan? nanti
mereka semua tahu lagi kalau aku diam-diam menyukainya.
*******
Pelajaran
pun dimulai ketika wali kelas kami yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia
memasuki ruang kelas. Hari
ini pelajaran di mulai dengan materi musikalisasi puisi artinya merubah puisi
menjadi sebuah musik. Satu persatu temanku dipanggil untuk membawa karya mereka
kedepan dan membacakannya di depan kami semua.
Tiba
giliran sahabatku dipanggil kedepan. Semua teman-temanku diam memperhatikan.
Suaranya begitu merdu tak kalah seperti penyanyi aslinya. Tapi bukan hanya itu
yang membuat kami semua heran. Ternyata sahabatku yang menjadi anak terpandai
dikelasku itu bisa bernyanyi dengan
begitu merdunya. Padahal satu kalipun dia tidak pernah bernyanyi. Meski hanya
dengan suara lirih.
Tiba
gilirannya di panggil. Dia
membawakan sebuah lagu yang begitu menggambarkan perasaan yang sedang dia
alami. Mungkin lagu yang ia bawakan ia tujukan untuk mantan pacarnya yang masih
di sukainya. Semua temanku pun menyimak dan mendengarkan lagu yang ia bawakan
.Tapi aku merasa sakit hati dan sedih ternyata dia masih belum bisa melupakan
mantan pacarnya itu.
*******
Pada
tengah tahun kedua kami bersekolah, dia pernah menembak seorang cewek yang
tidak lain dan tidak bukan adalah teman sekelas kami. Aku tak tahu pasti dia
diterima atau enggak. Tapi semua teman-temannya membantunya untuk memenuhi
persyaratan yang diajukan cewek itu. Menurut desas-desus yang beredar sih dia
diterima. Tapi ditengah tahun ketiga mereka tidak seperti sedang menjalin
hubungan. Meskipun demikian dia masih terlihat enggan melepas mantan pacarnya itu.
“Woi,sedang apa?”Tanya seorang sahabatku yang
duduk tepat disampingku.
“Ah,nggak apa-apa,”
“Ayo beli jajan dikoperasi,”
“Lho emangnya udah bel istirahat?”
“Wah kamu sih terlalu banyak melamun
sampai-sampai bel berbunyi nggak kedengeran,”
Aku
hanya menaggapi omongan sahabatku itu dengan tersenyum. Akhir-akhir ini banyak
hal yang sedang aku pikirkan. Salah satunya adalah mengapa aku sampai bias
menyukai anak itu. Padahal jika dibanding dengan teman-temanku yang lainnya dia
tidak ada apa-apanya. Hanya saja dia tahu bagaimana membuat semua orang tertawa
dengan sikapnya setiap maju kedepan kelas baik untuk persentasi ataupun hanya
sekedar baca puisi dan mengerjakan soal.
*******
Perlahan
tapi pasti aku mulai serius memikirkan hal ini. Apakah aku benar-benar menyukainya? Entahlah
sampai detik ini aku tak tahu dengan jelas perasaanku padanya itu seperti apa.
Tapi satu hal yang membuatku sangsi kalau aku bisa dekat dengannya yaitu kami
jarang berbicara bersama .Bahkan bertegur sapa seperti yang kerap dilakukan
teman-temanku laennya pun enggan aku lakukan. Ya mungkin aku terlalu
meninggikan egoku tapi yang jelas aku malu jika harus menyapanya terlebih
dahulu.Kediaman kami berdua itulah yang membuat sahabatku heran.
Pernah
pada suatu hari tepatnya pada saat kami sedang liburan. Aku dan
sahabat-sahabatku biasa berkumpul dirumah Mia. Rumahnya agak jauh dari rumahku
hingga sahabatku yang laennya harus menjemputku karena aku tidak punya
kendaraan. Dirumah Mia banyak hal yang kita bicarain kadang kami sering
membicarain teman kami sendiri yang suka bikin ulah ataupun yang suka menghibur
kami dengan lelucon-leluconnya. Termasuk anak itu yang tidak pernah kami
lewatkan sedikitpun.
Mereka
begitu antusias mendengar ceritaku tentangnya. Ya aku hanya menceritakan apa
yang aku tahu aja tentang dia. Termasuk bagaimana dia biasa berpacaran,cara apa
yang ia gunakan untuk mendapatkan cewek atau apa aja deh tentangnya yang belum
mereka ketahui.Karena aku jauh lebih lama kenal dengannya dibanding mereka.
Mereka hanya mengenalnya selama tiga tahun. Karena kami selalu sekelas dalam
kurun waktu tiga tahun itu. Aku dan sahabatku bagaikan bunga dan tangkainya
kami tak akan terpisahkan. Kemanapun kami pergi,kemanapun kami melangkah selalu
berjalan bergandengan. Yah itulah kami. Kepribadian kami yang berbeda-beda pun
bisa kami atasi.
*******
“Lis,kenapa sih kamu kok jarang banget negur
dia?”
“Oh itu karena kami belum begitu akrab saja,”
“Tapi bukannya kalian udah lama kenal
masa’belum akrab juga,”
“Entahlah,udah deh aku nggak mau ngebicarain
dia lagi,”
“Kamu benci banget ya sama dia kok kamu
selalu bersikap dingin padanya kalau dia menegurmu,”
“Ya mungkin bisa dibilang begitu,ada satu hal
yang membuatku sangsi padanya,”
“Apa karena dia sering terlihat lemah atau
kadang seperti anak perempuan,”
“Yah dibilang gitu sih ada benernya tapi dia
kan sering gonta-ganti cewek masak sih dia seperti itu,”
“Iya kau bener juga,”ucap ita.
“Tapi jangan terlalu benci pada seseorang lho
entar kamu bisa jadi suka lagi ama anak itu,”tambah Mia.
*******
Kami semua pun tertawa mendengar ucapan Mia
itu. Memang dari antara kita berlima Mialah yang paling dewasa diantara kami
semua. Dia pun
anak yang paling dekat dengan Vito anak yang diam-diam kusukai itu. Pasalnya
anak itu selalu curhat dengan Mia sahabatku lewat hp. Sampai-sampai aku sempat
cemburu lho…Memang benar semua perkataan Mia. Kalau kita terlalu membenci
seseorang maka kita bisa jadi malah suka ama orang itu.
Semua
itu terbukti padaku. Entah apa yang membuatku membencinya padahal sedikitpun
dia tak pernah membuatku marah. Tapi kini perasaanku padanya akhirnya jelas.
Ternyata aku bener-bener menyukainya. Perasaan itu menjadi pasti ketika kita
sebentar lagi akan ujian kelulusan dan harus berpisah. Ketika itu kurasakan
waktuku bersama-sama dengannya dan sahabat-sahabatku begitu minim. Pasalnya
sekolah yang kami pilih untuk melanjutkan sekolah kami ke jenjang yang lebih
tinggi berbeda.
Hingga
pada suatu hari ketika kami semua benar-benar berpisah karena kelulusan itu aku
berniat memberi tahu sahabatku Mia tentang perasaanku pada Vito .Karena hanya
akulah yang tidak pernah bisa terbuka pada semua sahabatku. Meskipun kami tak
pernah berpacaran tapi kami juga punya anak cowok yang kami taksir lho.
Gini-gini kami masih normal lho. Meski kadang teman-teman sekelas menganggap
kami cupu karena selalu berlima dan tidak ada satupun dari kami yang mempunyai
pasangan.
*******
Tekadku
menjadi semakin kuat untuk memberi tahu sahabatku itu. Aku berharap pula semoga
sahabatku bisa membantuku mengatakan padanya kalau aku menyukainya. Karena aku
terlalu malu dan takut mengatakannya sendiri meskipun belum terlambat karena
dia sudah tidak punya cewek lagi.
Tapi
kuurungkan niatku itu ketika sahabatku Mia bercerita padaku dan sahabatku yang
laennya kalau dia sedang naksir cewek teman sekelas kami semua. Deg serasa
jantungku berhenti berdetak saat kudengar apa yang dikatakan Mia itu. Ternyata
aku sudah terlambat. Surat yang hendak aku berikan pada mia seketika itu
langsung kuremas dan kubakar sesampainya dirumah.
Kini
aku hanya bias menyesali semuanya.Kenapa dari dulu aku tidak pernah sadar kalau
aku benar-benar menyukainya. Kenapa aku harus membencinya untuk menyembunyikan
perasaanku padanya. Kini aku telah menyesal. Penyesalan terbesar dalam hidupku
karena aku tidak bisa mengungkapkan dan mengatakan perasaanku pada orang yang
aku sukai. Sampai detik ini pun aku
masih menyimpan perasaan itu. Meski pernah bertemu dengannya sesekali aku hanya berdiam diri seperti
biasa tanpa bertegur sapa dengannya. Hingga detik ini pun sahabat-sahabatku belum tahu kalau
aku menyukai Vito. Aku hanya menyimpan perasaan itu sendiri. Entah sampai kapan
akupun tak tahu.
Banyak hal yang kudapat dari perjalanan kisah
cintaku ini. Yang jelas saat cinta datang menghampirimu jangan pernah kau
lepaskan karena mungkin itu adalah cinta sejatimu. Kejarlah apa yang ingin kau kejar dan turuti
semua kata hatimu. Raihlah cinta yang ingi kau raih. Jangan pernah kau turuti
egomu jika kau tak mau kisah cintamu berakhir sepertiku. Pergunakanlah waktu sebaik
mungkin dan jangan buang waktumu sia-sia sepertiku. Dan yang terakhir jangan
pernah mencoba membohongi dirimu sendiri dengan perasaan yang sedang kau
rasakan pada seseorang.Karena jika kau lakukan itu kaupun akan menyesal
sepertiku yang hingga detik ini tetap membohongi perasaanku sendiri dan
memendam semua perasaanku .Ingat kadang kesempatan hanya datang satu kali dalam
hidup maka pergunakanlah kesempatanmu itu dengan sebaik-baiknya.
*******
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar