Jumat, 13 Juli 2018

Kata Yang Terlambat Diucapkan





Malam semakin kelam hujan yang turun malam ini tak kunjung reda. Aku masih terpaku di meja belajarku. Memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Akankah menjadi lebih baik dari hari ini ataukah tidak. Tapi aku selalu percaya bahwa hari esok pasti akan lebih baik dari hari ini. Pasalnya aku bisa  belajar dari pengalaman yang aku dapatkan hari ini atau belajar dari kesalahan yang telah kuperbuat hari ini agar aku tak mengulanginya dihari esok.
            Pagi tidak cerah seperti biasanya. Awan hitam mulai menghiasi setiap sudut langit biru itu. Sampai-sampai hari ini masih terlihat subuh karena pagi tak menampakkan diri seperti biasanya. Gerimis pun kian menjadi semakin deras. Rupanya hujan yang turun semalam suntuk masih enggan untuk pergi. Tapi aku tetap pergi sekolah seperti biasa. Tanpa mengenakan jas hujan ataupun membawa payung.Karena rumahku yang begitu dekat dengan sekolahku membuatku enggan untuk membawa barang-barang seperti itu.
Di kelas masih begitu sunyi .Hanya ada aku yang duduk seorang diri di bangkuku pada deretan paling depan sejalur dengan deretan bangku guru. Awalnya aku takut duduk di depan apalagi di depan meja tempat duduk guru. Tapi apa boleh buat sahabatku yang memilihkannya jadi akupun menurut begitu saja
*******
Tak begitu lama akhirnya teman-temanku pun satu persatu berdatangan. Termasuk dia yang selalu kutunggu-tunggu kedatangannya. Entah mengapa aku jadi begitu tergantung padanya seperti ini. Setiap dia tidak masuk sekolah akupun menjadi tidak semangat menerima pelajaran di hari itu apalagi perasaanku selalu mencemaskannya. Memang benar sih aku setiap hari bertemu dengannya. Pasalnya sejak kecil kami selalu satu kelas hingga sekarang. Tapi satu hari aku tidak bertemu dengannya terasa seperti satu abad saja.
Hari ini dia datang dengan membawa payung berwarna ungu dengan motif bunga-bunga. Semua teman-temanku pun spontan langsung mengejeknya.
“Wah,mau kemana mbak?”ledek temanku.
            Tapi anak itu tetap berdiam diri tidak meladeni temanku itu karena dia tahu kalau itu hanya sebuah ejekan untuknya. Diapun hanya menanggapinya dengan senyuman. Aku yang melihat dia di ejek seperti itu langsung marah. Tapi aku hanya bisa marah dalam hatiku. Karena aku tidak mungkin marah terang-terangan kan? nanti mereka semua tahu lagi kalau aku diam-diam menyukainya.
*******
            Pelajaran pun dimulai ketika wali kelas kami yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia memasuki ruang kelas. Hari ini pelajaran di mulai dengan materi musikalisasi puisi artinya merubah puisi menjadi sebuah musik. Satu persatu temanku dipanggil untuk membawa karya mereka kedepan dan membacakannya di depan kami semua.
            Tiba giliran sahabatku dipanggil kedepan. Semua teman-temanku diam memperhatikan. Suaranya begitu merdu tak kalah seperti penyanyi aslinya. Tapi bukan hanya itu yang membuat kami semua heran. Ternyata sahabatku yang menjadi anak terpandai dikelasku itu bisa  bernyanyi dengan begitu merdunya. Padahal satu kalipun dia tidak pernah bernyanyi. Meski hanya dengan suara lirih.
            Tiba gilirannya di panggil. Dia membawakan sebuah lagu yang begitu menggambarkan perasaan yang sedang dia alami. Mungkin lagu yang ia bawakan ia tujukan untuk mantan pacarnya yang masih di sukainya. Semua temanku pun menyimak dan mendengarkan lagu yang ia bawakan .Tapi aku merasa sakit hati dan sedih ternyata dia masih belum bisa melupakan mantan pacarnya itu.
*******
            Pada tengah tahun kedua kami bersekolah, dia pernah menembak seorang cewek yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman sekelas kami. Aku tak tahu pasti dia diterima atau enggak. Tapi semua teman-temannya membantunya untuk memenuhi persyaratan yang diajukan cewek itu. Menurut desas-desus yang beredar sih dia diterima. Tapi ditengah tahun ketiga mereka tidak seperti sedang menjalin hubungan. Meskipun demikian dia masih terlihat enggan melepas mantan pacarnya itu.
“Woi,sedang apa?”Tanya seorang sahabatku yang duduk tepat disampingku.
“Ah,nggak apa-apa,”
“Ayo beli jajan dikoperasi,”
“Lho emangnya udah bel istirahat?”
“Wah kamu sih terlalu banyak melamun sampai-sampai bel berbunyi nggak kedengeran,”
            Aku hanya menaggapi omongan sahabatku itu dengan tersenyum. Akhir-akhir ini banyak hal yang sedang aku pikirkan. Salah satunya adalah mengapa aku sampai bias menyukai anak itu. Padahal jika dibanding dengan teman-temanku yang lainnya dia tidak ada apa-apanya. Hanya saja dia tahu bagaimana membuat semua orang tertawa dengan sikapnya setiap maju kedepan kelas baik untuk persentasi ataupun hanya sekedar baca puisi dan mengerjakan soal.
*******
            Perlahan tapi pasti aku mulai serius memikirkan hal ini. Apakah aku benar-benar menyukainya? Entahlah sampai detik ini aku tak tahu dengan jelas perasaanku padanya itu seperti apa. Tapi satu hal yang membuatku sangsi kalau aku bisa dekat dengannya yaitu kami jarang berbicara bersama .Bahkan bertegur sapa seperti yang kerap dilakukan teman-temanku laennya pun enggan aku lakukan. Ya mungkin aku terlalu meninggikan egoku tapi yang jelas aku malu jika harus menyapanya terlebih dahulu.Kediaman kami berdua itulah yang membuat sahabatku heran.
            Pernah pada suatu hari tepatnya pada saat kami sedang liburan. Aku dan sahabat-sahabatku biasa berkumpul dirumah Mia. Rumahnya agak jauh dari rumahku hingga sahabatku yang laennya harus menjemputku karena aku tidak punya kendaraan. Dirumah Mia banyak hal yang kita bicarain kadang kami sering membicarain teman kami sendiri yang suka bikin ulah ataupun yang suka menghibur kami dengan lelucon-leluconnya. Termasuk anak itu yang tidak pernah kami lewatkan sedikitpun.
            Mereka begitu antusias mendengar ceritaku tentangnya. Ya aku hanya menceritakan apa yang aku tahu aja tentang dia. Termasuk bagaimana dia biasa berpacaran,cara apa yang ia gunakan untuk mendapatkan cewek atau apa aja deh tentangnya yang belum mereka ketahui.Karena aku jauh lebih lama kenal dengannya dibanding mereka. Mereka hanya mengenalnya selama tiga tahun. Karena kami selalu sekelas dalam kurun waktu tiga tahun itu. Aku dan sahabatku bagaikan bunga dan tangkainya kami tak akan terpisahkan. Kemanapun kami pergi,kemanapun kami melangkah selalu berjalan bergandengan. Yah itulah kami. Kepribadian kami yang berbeda-beda pun bisa kami atasi.
*******
“Lis,kenapa sih kamu kok jarang banget negur dia?”
“Oh itu karena kami belum begitu akrab saja,”
“Tapi bukannya kalian udah lama kenal masa’belum akrab juga,”
“Entahlah,udah deh aku nggak mau ngebicarain dia lagi,”
“Kamu benci banget ya sama dia kok kamu selalu bersikap dingin padanya kalau dia menegurmu,”
“Ya mungkin bisa dibilang begitu,ada satu hal yang membuatku sangsi padanya,”
“Apa karena dia sering terlihat lemah atau kadang seperti anak perempuan,”
“Yah dibilang gitu sih ada benernya tapi dia kan sering gonta-ganti cewek masak sih dia seperti itu,”
“Iya kau bener juga,”ucap ita.
“Tapi jangan terlalu benci pada seseorang lho entar kamu bisa jadi suka lagi ama anak itu,”tambah Mia.
*******
            Kami semua pun tertawa mendengar ucapan Mia itu. Memang dari antara kita berlima Mialah yang paling dewasa diantara kami semua. Dia pun anak yang paling dekat dengan Vito anak yang diam-diam kusukai itu. Pasalnya anak itu selalu curhat dengan Mia sahabatku lewat hp. Sampai-sampai aku sempat cemburu lho…Memang benar semua perkataan Mia. Kalau kita terlalu membenci seseorang maka kita bisa jadi malah suka ama orang itu.
            Semua itu terbukti padaku. Entah apa yang membuatku membencinya padahal sedikitpun dia tak pernah membuatku marah. Tapi kini perasaanku padanya akhirnya jelas. Ternyata aku bener-bener menyukainya. Perasaan itu menjadi pasti ketika kita sebentar lagi akan ujian kelulusan dan harus berpisah. Ketika itu kurasakan waktuku bersama-sama dengannya dan sahabat-sahabatku begitu minim. Pasalnya sekolah yang kami pilih untuk melanjutkan sekolah kami ke jenjang yang lebih tinggi berbeda.
            Hingga pada suatu hari ketika kami semua benar-benar berpisah karena kelulusan itu aku berniat memberi tahu sahabatku Mia tentang perasaanku pada Vito .Karena hanya akulah yang tidak pernah bisa terbuka pada semua sahabatku. Meskipun kami tak pernah berpacaran tapi kami juga punya anak cowok yang kami taksir lho. Gini-gini kami masih normal lho. Meski kadang teman-teman sekelas menganggap kami cupu karena selalu berlima dan tidak ada satupun dari kami yang mempunyai pasangan.
*******
            Tekadku menjadi semakin kuat untuk memberi tahu sahabatku itu. Aku berharap pula semoga sahabatku bisa membantuku mengatakan padanya kalau aku menyukainya. Karena aku terlalu malu dan takut mengatakannya sendiri meskipun belum terlambat karena dia sudah tidak punya cewek lagi.
            Tapi kuurungkan niatku itu ketika sahabatku Mia bercerita padaku dan sahabatku yang laennya kalau dia sedang naksir cewek teman sekelas kami semua. Deg serasa jantungku berhenti berdetak saat kudengar apa yang dikatakan Mia itu. Ternyata aku sudah terlambat. Surat yang hendak aku berikan pada mia seketika itu langsung kuremas dan kubakar sesampainya dirumah.
            Kini aku hanya bias menyesali semuanya.Kenapa dari dulu aku tidak pernah sadar kalau aku benar-benar menyukainya. Kenapa aku harus membencinya untuk menyembunyikan perasaanku padanya. Kini aku telah menyesal. Penyesalan terbesar dalam hidupku karena aku tidak bisa mengungkapkan dan mengatakan perasaanku pada orang yang aku sukai. Sampai detik ini  pun aku masih menyimpan perasaan itu. Meski pernah bertemu dengannya sesekali aku hanya berdiam diri seperti biasa tanpa bertegur sapa dengannya. Hingga detik ini pun sahabat-sahabatku belum tahu kalau aku menyukai Vito. Aku hanya menyimpan perasaan itu sendiri. Entah sampai kapan akupun tak tahu.
            Banyak hal yang kudapat dari perjalanan kisah cintaku ini. Yang jelas saat cinta datang menghampirimu jangan pernah kau lepaskan karena mungkin itu adalah cinta sejatimu. Kejarlah apa yang ingin kau kejar dan turuti semua kata hatimu. Raihlah cinta yang ingi kau raih. Jangan pernah kau turuti egomu jika kau tak mau kisah cintamu berakhir sepertiku. Pergunakanlah waktu sebaik mungkin dan jangan buang waktumu sia-sia sepertiku. Dan yang terakhir jangan pernah mencoba membohongi dirimu sendiri dengan perasaan yang sedang kau rasakan pada seseorang.Karena jika kau lakukan itu kaupun akan menyesal sepertiku yang hingga detik ini tetap membohongi perasaanku sendiri dan memendam semua perasaanku .Ingat kadang kesempatan hanya datang satu kali dalam hidup maka pergunakanlah kesempatanmu itu dengan sebaik-baiknya.
*******

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar