Jumat, 13 Juli 2018

Pengorbanan Untuk Sahabat





Ketika mentari pagi tlah bersinar terang. Burung-burung mulai bernyanyi merdu diatas dahan-dahan pepohonan. Aku terbangun dari tidur lelapku. Kurapikan tempat tidur kusambar handuk di jemuran dan segera mandi.Kuambil air secibuk demi secibuk. Terasa dinginnya air merasuk dalam tubuhku.Setelah memakai sabun dan membilasnya akupun bersiap untuk memakai seragam sekolah dan seperti biasa  berangkat aku berangkat sekolah.
            Setelah makan dengan keluarga tercinta kucium tangan dan kening ibuku sembari meminta doa dari beliau agar aku bias menerima pelajaran dengan baik di sekolah. Setelah itu seperti biasa pula aku berangkat bersama ayah ke sekolah dengan motor tuanya.
            Kami memang keluarga yang sangat sederhana.Aku anak ketiga dari dua bersaudara. Semua kakakku sudah menemukan hidupnya masing-masing.Maka tinggallah aku dan keluargaku dirumah.Disekolah yang tak terlalu jauh dari rumahku itu aku bertemu dengannya.Pertama kali saat aku melihatnya aku merasakan ada yang lain dalam diriku.Entalah apa itu yang jelas jantungku berdetak secepat kilat setiap aku melihatnya.Yang pasti aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.
            Setibanya disekolah aku langsung berkumpul dengan sahabat-sahabatku. Yah…inilah yang biasa dilakukan anak cewek pada umumnya kan?Kalau nggak bicarain sinetron yang kami liat di tv tadi malam pasti ngomongin soal cowok.
            Waktu itu aku sangat senang. Karena aku bias bertemu dengannya dan juga melihat senyumnya seperti biasanya.Sampai-sampai salah seorang sahabatku terheran-heran melihatku tersenyum sendirian.
“Hayooo…ada apa nieh kok senyum-senyum sendiri. Dapatarisanyachataukalaunggakdapatitutuh…,”
“Apaansihkamuinipagi-pagiudahngegosipaja.Emangnyanggakadakerjaanlainapa?”timbalku.
“Oh ada,buanyakbanget,”
“Apaan,”
“Cari cowok baru dan ngejahilin kamu,hehehe….,”
“Yeah kamuitu…awasyach,”
“Habis kamu sih senyum-senyum sendiri nggak bagi-bagi lagi,”
“Emang kenapa kalau senyum nggak dilarang kan sama undang-undang.Malahan kata para ahli senyum itu sehat lo…,”
“Yeah tapi kalau senyum-senyum sendiri itu namanya gila tau,”
“Huh awasyachngeledekinakugila,”
“Emang kamu gila hehehe…..,”
“Dina,”teriakku sembari mengejarnya yang mencoba berlari.
            Dina dia adalah salah satu dari kedua sahabatku. Dia anak yang periang dan suka bercanda tapi dia sangat mengerti kalau diajak curhat dan bias menghiburku setiap aku sedih.Sedang sahabatku yang satunya adalah Desy.Dia anak yang terpandai daantara kami bertiga.Dia juga sedikit kutu buku dan pendiam.Tapi satu hal yang perlu diingat dia nggak kuper lho sayangnya dia sering sakit-sakitan oleh karena itu kami sering memanjakannya dan tidak mau membuatnya tersinggung ataupun marah pada kami.
“Eh,kok bengong sih?”Tanya Desy.
“Iya lagi ngeliatin capa sih?”tambah Dina menggoda.
“Apaan sih kalian ini nggak ada kerjaan lain apa selain gangguin orang lain?”
“Wah aku tahu nih kayaknya matamu mengarah memandang seseorang nieh,”
“Siapasih Din?”
“Hmm,kayaknya lagi ngeliatin Dimas nih,”
“Apaan sih kamu mulai deh,”
“Eh benar lho matamu itu nggak bias bohong.Ya kan Des,”
“Hah,Apa…?”
‘Yeah kamu sih baca buku aja.jadi ketinggalan deh,”
“Emangnya lagi ngomongi apaan sih kok keliatannya seru banget,”
‘Iniloh,si Dania lagi ngeliatin Dimas terus tuh,”
“Udah Din jangan nyebar fitnah deh.Siapa lagi yang ngeliatin Dia,”
“Nggakngakulagicie-cie Dimas nih yeah…BagaimanamenurutmuDes,Daniacocoknggaksama Dimas?”
“Ah…cocok,cocok kok,”
“Tuh kan Desy aja bilang cocok,”
“Ah kalian itu apa-apaan sih,”
“Tet,tet,tet,kantin,”bel telah berbunyi.
“Eh,kita sambung nanti yach,”
“Iya jam istirahat dikantin.OK,”
            Bel berbunyi dan guru pun masuk kelas. Sekarang waktunya pelajaran sains Biologi.Aku paling suka pelajaran ini.Gurunya yang asyik dan jelas banget neranginnya adalah salah satu alasanku menyukai pelajaran ini.
“Ayo anak-anak diam,’teriak bu Idah memecah kelas yang ramai.
            Setelah anak-anak berhenti dari keramaian yang dibuatnya.Bu Idapun melanjutkan lagi pembicaraannya.
“Anak-anak,dalam waktu dekat ini akan diadakan perlombaan sains antar sekolah.Ibu pilih Dania dan Dimas untuk mewakili sekolah kita,”
“Lho bu kenapa nggak Desy aja bu kan biasanya dia yang ikut lomba sains satu tim dengan Dimas,”Tanya ku.
“Tidak bisa soalnya Desy udah disuruh bu Muti untuk lomba pidato Bahasa Inggris.Yakan Des?”
“Iya bu,”
            Bu Idah pun memberiku soal-soal dan materi untuk dikerjakan dan dibahas bersama Dimas.Sedangkan teman-teman yang lainnya diberi tugas karena bu Idah masih sibuk dengan kami yang akan mengikuti lomba sains.Aku memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang sedang diterangkan bu Idah karena  aku nggak mau mengecewakan semuanya dalam perlombaan ini termasuk Dimas dan bu Idah sendiri.Pasalnya ini adalah pertama kalinya aku mengikuti perlombaan.Itupun karena aku menggantikan Desy sahabatku yang biasanya mengikuti semua perlombaan disekolah karena otaknya yang benar-benar encer banget.
            Kau tahu bertapa takutnya aku menerima tawaran ini. Aku tak yakin kalau aku bisa menggantikan sahabatku yang super pintar itu apalagi harus satu tim dengan orang yang aku sukai.Tapi disisi lain Desy terlihat begitu kecewa dan itu semua membuatku menjadi tidak enak hati padanya.Pernah suatu ketika aku bertanya padanya apakah karena aku menggantikannya mengikuti perlombaan itu maka dia menjadi marah padaku.
“Des,aku minta ma’af kalau memang benar itu yang membuatmu marah padaku. Tapi aku ini benar-benar bukan kemauanku aku terpaksa menggantikanmu Des,”
“Nggak apa-apa kok Dan,aku hanya khawatir tentang satu hal,”
‘Apa itu Des mungkin aja aku bisa menghapus semua kekhawatirannmu itu,”
“Sebenarnya aku udah lama suka ama Dimas karena begitu seringnya kami dipasangkan dalam perlombaan itulah aku menjadi suka padanya dan aku takut kau juga akan menyukainya dan merebutnya dariku,”
“Oh itu yang selamainimengganggupikiranmu.Tenangaja Des akunggakakanmenyukaiataupunmengambilpangeranmukokpercayadehpadaku,’
“Waaah makasih ya Dan kamu udah bisa ngerti,”ucapnya senang.
            Aku tak habis piker apa yang telah aku katakan dan yang telah aku janjikan pada Desy padahal aku udah menyukai Dimas sejak dulu sewaktu kami satu kelas di smp dan akulah yang lebih lama mengenalnya dibandingkan Desy.Tapi aku tak mau membuat Desy cemas apalagi sampai penyakitnya kambuh karena terlalu banyak memikirkan hal ini.
            Bimbingan demi bimbingan yang diberikan bu Idah aku ikuti dengan sungguh-sungguh. Dan akupun mulai benar-benar menyukai Dimas tapi aku udah terlanjur janji pada Desy tidak akan menyukainya.Ini semua membuatku pusing dan sempat pingsan beberapa kali dirumah.Aku tak tahu harus bagaimana lagi cara untuk ngelupain Dimas.Udah kesekian kalinya ku coba tapi aku tetap aja nggak bisa.
            Perlombaan berlangsung dan akupun merasa takut dan khawatir kalau-kalau kami akan kalah. Jantungku berdegup kencang dan darahku mengalir deras.Perasaan itu kian menguasai diriku dan membuatku merasa gugup.Tapi Dimas menggenggam erat tanganku.
“Tenang aja ini hanya perlombaan bukannya peperangan,”ucapnya.
            Akupun merasa sedikit tenang dan bisa menguasai diriku kembali.Perlombaan itupun akhirnya berhasil kami menangkan.Bu Idah memeluk kami dengan eratnya karena baru kali inilah kami bisa memenangkan perlombaan sains.Tapi itu semua membuat Desy membenciku lagi.Bahkan dia sempat pingsan dan dilarikan kerumah sakit.Dan seketika itu pula Dimas menyatakan perasaannya padaku.
“Aku tahu ini bukan waktu yg tepat untuk mengatakannya Dan,tapi aku sudah lama memendam perasaan ini,”
“Ma’af Dim sejujurnya aku juga memendam perasaan yang sama terhadapmu.Tapi kau tahu sahabatku juga menyukaimu jadi aku tidak ingin melukainya apalagi dia sekarang sedang terbaring dirumah sakit,”
“Tapi Dania kau tak perlu harus berkorban seperti itu dengan sahabatmu,’
“Dialah sahabat terbaiku yang pernah aku miliki dan aku tidak bisa jika harus bersenang-senang diatas penderitaan sahabatku sendiri,”
“Baiklah kalau itu memang keinginanmu dan aku hargai keputusanmu itu,”
“Dim aku ingin minta tolong satu hal padamu,”
“Apa itu Dan,”
“Aku ingin kau berpura-pura tidak menyukaiku dan hanya  menyukai Desy. Aku tahu ini sangat sulit bagimu tapi aku mohon padamu dan anggaplah ini permintaanku yang terakhir,”
            Akhirnya Dimas pun memenuhi permintaanku itu didorong dengan rasa cintanya yang sangat besar padaku. Meski begitu berat berpura-pura mencintai orang yang tidak ia sukai tapi dia tetap melakukannya semata-mata atas permintaanku.Meskipun berat pula bagiku harus melepas orang yang ku cinta  itu demi kebahagiaan sahabatku.Karena kebahagiaan sahabatku adalah kebahagiaanku juga.
            Sahabat adalah segala-galanya karena dialah yang selalu ada saat kita sedih maupun senang. Dan dialah tempat kita berbagi segala kebahagiaan ataupun kesedihan yang kita rasakan. Dia pulalah yang membantu kita berdiri ketika kita tak sanggup untuk berdiri sendiri.Cinta memang tidak harus memiliki dan ini tidak hanya kata dalam novel tapi kadang kerap dialami seseorang tapi cinta pun kadang tak bisa pula dipaksakan karena cinta datang dengan sendirinya pada orang yang benar-benar kita cintai.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar