Jumat, 13 Juli 2018

Pertemuan Singkat





Jam dinding telah menunjukkan pukul 24.00 WIB tapi, aku masih tetap terjaga. Rasa takut dan malu berkecamuk dalam diriku. Aku begitu takut dan malu untuk bertemu dengan teman-teman lamaku. Mereka berencana untuk bersilaturrahmi ke rumah guru-guru SMP kami. Di satu sisi aku ingin sekali ikut karena aku terlalu rindu dengan sahabat-sahabatku di SMP. Tapi, disisi lain aku tak dapat membohongi diriku sendiri bahwasannya aku terlalu malu untuk bertemu dengan mereka. Pasalnya, aku takut teman-tamanku bertanya aku akan melanjutkan kuliah dimana. Aku begitu gelisah hingga tak bisa memejamkan mataku walau hanya sebentar. Akankah aku datang? Ataukah kubatalkan saja janji itu? Semua pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiranku. 
          Hari telah pagi ketika kudapati HPku tengah berdering dan bergetar. Ternyata ada pesan dari salah satu dari keempat sahabatku bahwasannya dia memberi tahu bahwa ingin berangkat bersama denganku ke rumah sahabat kami Lia. Aku yang masih ragu akan datang atau tidak terpaksa untuk memberanikan diri datang kesana. Pukul 8.00 anak-anak cewek sudah berkumpul di rumah Lia. Ternyata tidak hanya anak JOJOBA yang hadir di sana tetapi teman-teman SMP kami yang lainnya juga ada yang datang. Aku memutuskan untuk segera berangkat saja ke rumah guru-guru agar tidak terlalu siang. Tapi, Lia berkata bahwa kita masih harus menunggu seseorang.
          Aku terkejut setelah melihat seseorang memasuki rumah Lia dari kejauhan. Deg, rasanya jantungku seolah berhenti berdetak dalam sekejap. Ketika kudapati dia berjalan mendekat kearah kami para anak cewek yang tengah duduk di sofa aku langsung menundukkan wajahku. Aku tak ingin melihat wajahnya lagi. Aku tak ingin kenangan-kenangan masa laluku tentangnya kembali menyeruak. Aku hanya tetap menunduk ketika dia berjabat tangan dengan teman-teman lainnya. Bahkan untuk menghindari menatap matanya aku menyibukkan diri bermain HP.
“ Semuanya sudah lengkap sekarang. Ayo kita berangkat,” seru Lia.
          Kami sampai di salah satu rumah guru kami yang juga masih bertalian darah dengan Lia. Guru itu menanyakan pada kami semua akan melanjutkan kuliah dimana. Aku hanya tertunduk diam ketika aku menjawab pertanyaan beliau bahwasannya aku tidak melanjutkan kuliah di tahun ini. Sesosok sorot mata yang aneh memandang ke arahku. Aku menatap sorot mata yang tengah memandang kearahku dan kutemukan dia yang tengah melihatku dengan tatapan aneh. Aku berfikir dalam hati apakah dia tengah memandang rendah diriku karena aku tidak kuliah di tahun ini. Sedangkan dia di terima di salah satu PTN ternama.
          Seperti biasanya aku tak pernah berbicara dengannya begitu pula sebaliknya kami hanya bisa saling memandang tanpa berkata sepatah-katahpun. Kami pun pergi berkunjung ke guru-guru kami yang lainnya dengan mengendarai motor. Karena aku tidak bisa mengendarainya akhirnya temanku yang memboncengku. Awalnya Lia mengusulkan agar aku di bonceng olehnya tapi, aku menolaknya. Aku tidak ingin ada orang lain yang memboncengku naik motor selain Arif orang yang diam-diam aku sukai di Sekolah Menengah Atas.
          Ya,,,dia adalah satu-satunya teman cowok yang pernah memboncengku naik motor. Hingga aku perlahan-lahan menaruh hati padanya. Sekalipun dia akhirnya memilih orang lain sebagai kekasihnya aku tak peduli. Yang jelas aku tak izinkan satu orang pun menggantikan posisinya di hatiku termasuk dia,,, orang yang dulu sempat membuat batinku goyah.
“ Kenapa sih, Sari kok kamu nggak mau di bonceng dia,”
“ He’em,,,toh dia sendirian nggak ada yang di bonceng,,”
“ Ah,,, nggak ah,,,,,Aku di bonceng kamu aja Cha,,,”
“ Ya,,udah baiklah,,,”
          Perjalanan panjang pun kami tempuh untuk mencari rumah guru kami yang lainnya. Tiba-tiba Susi mengatakan ingin di bonceng karena lelah membonceng terus. Akhirnya dia pun di bonceng oleh Didit, anak yang memandangku dengan tatapan sorot matanya yang tajam itu.
          Sekilas aku melihat senyuman tanda puas di wajah Didit. Pasalnya sejak masih di Sekolah Dasar dia memang memendam rasa pada Susi. Tapi, Susi mencuekkannya. Entah kenapa,,kini Susi malah terlihat seperti ingin balik mendekatinya. Rasa sakit yang dulu pernah aku rasakan saat melihatnya dengan orang lain itu tak ada lagi. Namun kenapa, tetap saja ada rasa yang lain yang aku rasakan. Yang entah apa itu namanya? Aku sungguh tak tahu.
          Sekalipun sampai akupun hanya bisa memasang senyuman palsu pada guru-guruku itu. Setelah itu aku pun kembali pada kediamanku. Ya,,,itulah aku,,Aku begitu malu hingga aku tak dapat mengangkat kepalaku lagi. Bagaimana mungkin aku bisa mengangkat kepalaku dan tersenyum seperti tidak ada masalah jika batinku terasa begitu sakit karena rasa malu itu. Ya,,,aku begitu malu karena dia,,,karena dia mengetahui semuanya dan memandangku rendah.
          Semua bercerita tentang dirinya masing-masing. Bahkan aku masih mendengar sekilas bahwa kini dia sudah punya pacar lagi. Samar-samar aku dengar namanya Fika. Dan semuanya anak-anak bahkan sahabat-sahabatku sudah tahu hanya aku,,,ya,,,hanya aku yang tidak tahu. Aku tak peduli sekalipun dia berkali-kali memandangku aneh aku tak peduli kendatipun aku merasa risih juga. Hari berkunjung ke rumah guru-guru pun telah sampai pada akhirnya. Kamipun pulang ke rumah masing-masing. Setelah sampai di rumah akupun langsung melesat dengan ayahku ke rumah kakakku.
*****
          Malam menjelang dan akupun masih belum bisa memejamkan mataku. Aku masih teringat semua kejadian siang itu. Aku pun masih mengingat dia menatapku dengan tatap mata tajam. Tapi kenapa? Kenapa tatapan matanya itu masih sama seperti dulu. Masih sama seperti saat aku masih memiliki rasa padanya dulu. Tatapan matanya masih seteduh dulu meski ku artikan dia memandangku rendah. Dia masih saja seperti dulu dan tidak berubah, kenapa? kenapa harus begini,,,?
          Tengah malam aku terbangun dari tidurku. Padahal aku sudah berusaha untuk tidur tapi aku terbangun juga. Aku terbangun saat aku bermimpi tentangnya. Ya,,,dia,,, mimpi-mimpi itu kembali menggangguku. Mimpi-mimpi tentangnya itu selalu hadir setiap aku memejamkan mataku. Kenapa ? Kenapa mimpi-mimpi yang dulu pernah hadir dalam tidurku itu kini kembali terulang. Aku kembali bermimpi tentangnya,,,Ya,,,,dia lagi. Padahal sudah 3 tahun sejak perpisahan kami mimpi itu tak pernah hadir lagi. Tapi,,saat aku bertemu dengannya kembali,,mimpi-mimpi itupun kembali lagi. Hingga aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku hanya bisa berdo’a pada Tuhan agar tidak menghadirkan dia lagi dalam mimpi-mimpiku.
*****
          Tiga hari lamanya sejak pertemuan kami itu tiba-tiba dia mengirim pesan untukku. Awalnya tak kutahu dari siapa pesan itu kemudian dia memberi tahuku kalau itu pesan darinya. Tapi dia mengirimiku pesan yang aneh. Entah apa maksudnya.
“ Mana senyumnya,,,,”
Aku terkejut membaca pesannya itu. Pesan itu ia kirim berturut-turut setiap harinya. Karena aku tak pernah membalas pesannya itu. Entah apa yang sedang ia pikirkan hingga mengirimiku pesan seperti itu. Kenapa? Kenapa disaat aku sudah bisa melupakannya dia kembali hadir dalam hidupku dan mengejutkanku. Aku tak tahu apa yang aku rasa kini,,,yang jelas aku merasa begitu terkejut hingga aku terguncang. Apa maksud dari pesannya itu, aku berfikir keras tentang itu. Apakah mungkin ini karena sejak pertemuan kami waktu itu aku tak pernah tersenyum seceriah dulu lagi. Tapi,,, kenapa dia ingin tahu,,,? Apa yang sebenarnya ia pikirkan,,,? Pertanyaan-pertanyaan itu kembali berkecamuk dalam pikiranku. Aku pun akhirnya membalas pesannya sekenanya.
“ Kau bertanya padaku dimana senyumku? Senyumku telah menghilang bagai buih. Senyumku tlah terkubur bersama sebagian jiwaku yang terluka. Senyumku tlah sirnah bersama impianku. Hingga aku tak bisa tersenyum lagi. Hingga aku tak dapat tertawa lagi. Sekalipun bisa aku juga tak akan bisa tersenyum ataupun tertawa bebas seperti dulu lagi. Semuanya tlah menghilang terkubur dan sirnah. Jadi,,,jangan bertanya lagi padaku dimana senyumku,,,,”
          Itulah pesan yang aku kirimkan padanya. Sejak menerima pesanku itu dia tak pernah mengirim pesan padaku lagi. Ya,,,,inilah akhirnya. Dan memang seperti inilah akhir yang aku inginkan kendatipun hatiku masih merasa begitu sakit. Entah,,,apa arti rasa sakit itu. Yang jelas saat ini aku tak ingin ada orang lain lagi yang mengisi hatiku yang tengah penuh dengan kekecewaan akan jalan hidup yang harus aku jalani kendati itu di luar keinginanku. Aku hanya ingin menjadikan Arif yang pertama dan terakhir dalam kisah cintaku ini. Aku tak ingin ada orang lain lagi yang hadir dalam hidupku.

 THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar