Jumat, 13 Juli 2018

Rasa Yang Terpendam





Liburan sekolah telah tiba  Alin pun telah mengemasi barang-barang dan pakaiannya kedalam tas ranselnya yang sering ia pakai untuk berpergian. Liburan kali ini orang tuanya hanya mengajaknya pergi kerumah neneknya karena sudah lama ia tidak pernah kesana. Sekolahnya yang jauh lebih tinggi dari tingkat sebelumnya membuatnya menjadi lebih sibuk dari biasanya.
Bertapa senangnya ia mendengar usul ibunya tentang liburannya kali ini. Pasalnya selain nenek, kakek, tante dan adik sepupunya itu ada seseorang disana yang ingin sekali dia temui setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Tidak hanya itu jauh-jauh hari Alin sudah menyiapkan barang-barang yang sekiranya ia butuhkan disana selain pakaian.
*******
Mobil melaju dengan kencangnya. Tapi Alin dan keluarganya tetap saja belum sampai dirumah neneknya itu. Jalanan yang sedang mendapat perbaikan menjadi penghambat utama mereka. Berjajar mobil yang lalu lalang kesana kemari membuatnya menjadi sedikit pusing. Padahal sudah lama Alin ingin pergi kerumah neneknya dan melihat orang yang sering ia rindukan itu. Tapi keadaan yang tidak bersahabat dengannya hingga ia lemah dan jatuh pingsan.
Tapi untunglah ibunya tak pernah lupa menyiapkan obat-obatan yang mungkin Alin perlukan disana hingga ia tidak capek-capek mencari lagi. Penantian Alin itupun berakhir juga ketika Mobil berwarna silver itu parkir didepan rumah yang agak tua dengan warna biru mudah. Meskipun rumah itu tampak telah tua tapi Alin tetap saja masih senang tinggal disana.
Disana dia bisa bermain dengan sahabat-sahabatnya Nia dan Ranti. Setibanya disana Alin pun langsung mendapat pelukan hangat dari semua keluarga ayahnya itu. Tak lupa sahabat-sahabatnya yang tetap setia menunggu kedatangannya. Alin sering menceritakan apa saja yang ada dikota tempat tinggalnya. Dia pun kerap membawa oleh-oleh yang menurut sahabatnya makanan yang aneh sebab mereka hanya tinggal didesa terpencil.
*******
“Wah udah lama tidak bertemu aku jadi kangen banget ama kalian,”ucap Alin membuka pembicaraan dengan kedua sahabatnya itu.
“Iya aku juga kangen ama kamu. Habis kamu sih tiap liburan jarang kesini lagi. Memangnya kau terlalu sibuk dengan sekolahmu yah?”
“Iya nih banyak tugas setiap aku ada liburan hingga liburanku hanya bisa kuhabiskan dengan menyelesaikan tugas-tugasku itu. Kalian juga sih tak pernah mengunjungi ku,”tandasnya.
“Yah kami kan nggak ada kendaraan Lin. Lagi pula kami tak punya cukup uang untuk membayar kendaraan umum yang akan kami naiki,”
“Iya, iya aku paham kok. Oh ya aku punya kaset yang baru aku beli tadi dijalan,”
‘Oh ya ayo kita lihat dirumahku aja,’usulNia.
“Ok deh tapi aku mau izin mama sama papaku dulu yach takutnya ntar mereka nyariin aku,”
*******
            Akhirnya mereka pun melihat kaset flim yang baru Alin beli saat perjalanannya pergi kesana. Ketika harus berjalan kerumah Nia jantung Alin langsung bedebar kencang. Soalnya disebelah rumah Nia lah tempat anak itu tinggal. Niapun yang telah mengenalkan Alin pada anak itu dulu. Hingga kini Alin jatuh hati padanya.
            Tapi disimpannya dalam-dalam perasaannya itu hingga tak ada satu orang pun yang tahu kecuali Allah yang memang Maha Mengetahui. Flim berakhir dan merekapun beranjak menuju beranda rumah Nia. Seperti biasa mereka sering menghabiskan waktu untuk berbagi cerita. Gelak tawa pun menghiasi setiap sudut diwajah mereka.
            Dan pada saat itulah Arif datang. Alin yang melihat anak yang diam-diam disukainya itu tak pernah berhenti melepaskan pandangannya dari anak tersebut. Arif sedang menyiram bunga-bunga ditamannya ketika Nia memulai pembicaraannya dengannya.
“Hai,Rif jangan lupa bunga-bungaku juga turut disiram yach,”candanya.
            Arif hanya meladeni omongan Nia yang memang suka bercanda dengan senyuman. Alin hanya duduk terdiam disamping  kedua sahabatnya yang asyik bercakap-cakap dengan Arif. Sedetikpun tak pernah ia lewatkan untuk memandangi wajah Arif hingga Arif mulai tampak curiga dengan sikap Alin itu.
“Lho itu siapa Ran, kok aku nggak pernah liat anak itu,”tanyanya pada ranti yang heran melihat Alin.
“Oh ini Alin teman aku dari Surabaya. Lho bukanya dulu pernah aku kenalkan padanya,”
“Siapa aku lupa soalnya dia jarang terlihat sih,”
“Memang sih dia jarang kemari lagi. Tapi dia itu pernah tinggal disini sewaktu masih kecil dulu,”
“Oh ya mungkin aku udah lupa karena tidak pernah melihatnya lagi sejak kepindahannya,”
“Tak apa kok,”ucap Alin memberanikan diri berbicara padanya.
“Oh ya udah salam kenal ya Lin,”sapanya ramah.
*******
            Kemudian Arif pun meninggalkan mereka saat ia telah selesai dengan bunga-bunganya itu. Wah Alin senang banget hari itu. Meskipun Arif lupa kalau pernah mengenalnya tapi dia cukup senang melihatnya lagi setelah bertahun-tahun tak pernah bertemu dengannya. Apalagi saat melihat Arif tersenyum manis padanya.
            Tapi esok harinya tak seindah hari kemarin. Pasalnya seharian penuh ia tidak menjumpai Arif barang sedetikpun. Mungkin Arif telah pergi berlibur dengan keluarganya seperti yang kerap dilakukannya sewaktu kecil. Itu semua membuat Alin sangat sedih.
            Dia masih ingat betul kenagan-kenangannya dengan anak itu dan sahabat-sahabatnya sewaktu masuh kecil dulu. Kepribadian Arif yang susah ditebak dan tiba-tiba menghilang saat mereka sedang asyik bermain bersama dulu membuat Alin menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentangnya. Sampai kini Arif pun masih misterius seperti dulu. Tiba-tiba saja dia menghilang dan tidak pernah Alin menjumpainya lagi bahkan disisa liburannya yang hanya beberapa hari.
            Setiap berjalan melewati rumahnya atau setiap ia berkunjung kerumah Nia setiap itu pulalah ia tidak pernah menjumpai Arif lagi. Dirumahnya yang tampak hanya orang tua beserta adiknya yang sepantaran dengan adik sepupunya itu.
            Bahkan dihari terakhir ia tinggal dirumah neneknya itupun dia tidak sekalipun berjumpa dengan Arif lagi. Padahal kedatangannya kerumah neneknya itu didorong kerinduannya yang sangat besar pada Arif. Tapi Arif benar-benar telah melupakannya. Bahkan namanya sekalipun ia tak ingat jika tidak diingatkan kembali oleh Nia.
*******
            Perasaannya pada Arif ia pendam begitu lama. Bertahun-tahun ia menunggu agar ada kesempatan untuk bisa bertemu dengannya lagi tapi kesempatan itu hanya datang sekali sepanjang liburan Alin. Perasaan yang hanya dirinya sendiri dan Allah yang tahu itu tetap disimpannya sepanjang hidupnya. Meskipun ia tak lagi dipertemukan dengan Arif perasaan itu akan tetap disimpannya dalam lubuk hatinya yang terdalam. Hingga tak ada lagi tempat bagi orang lain yang mau berbagi dengannya.
            ”Rasa itu tetap ada dan tidak akan mati selama kita tidak mengakhiri rasa itu sendiri. Selamanya kita akan terpuruk dengan rasa itu jika kita tidak pernah bisa dan tidak pernah mau untuk melepas rasa itu. Satu yang perlu kita ingat kita boleh mencintai seseorang tapi jangan sampai cinta itu melukai kita sendiri. Jika terlalu berat mencintai seseorang atau memendam perasaan pada seseorang maka jangan lakukan hal itu. Jangan pula kita menutup diri kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang telah datang menghampiri kita”
*******
THE END 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

g
o
l
B
y
M
o
T
e
m
o
c
l
e
W